Pasar global (minyak) tampak lebih ketat daripada yang diantisipasi banyak orang untuk tahun ini...
Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Jumat pagi, karena pasar mengetat di tengah penurunan produksi oleh klub produsen OPEC, tetapi melonjaknya pasokan AS dan perlambatan ekonomi global mencegah minyak mentah naik lebih lanjut.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berada diperdagangkan di 57,45 dolar AS per barel pada pukul 01.16 GMT (08.16 WIB), naik 23 sen AS atau 0,4 persen dari penyelesaian terakhir mereka.

Minyak mentah berjangka internasional Brent diperdagangkan di 66,55 dolar AS per barel, naik 24 sen AS atau 0,4 persen dari penutupan terakhir.

Para pedagang mengatakan pasar minyak saat ini semakin ketat.

Di Venezuela, yang menderita krisis politik dan ekonomi, ekspor minyak anjlok hingga 40 persen menjadi sekitar 920.000 barel per hari (bph) sejak pemerintah AS menjatuhkan sanksi-sanksi terhadap industri perminyakan pada 28 Januari.

Penurunan ini terjadi ketika Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), di mana Venezuela menjadi anggotanya, telah memimpin upaya sejak awal tahun untuk menahan sekitar 1,2 juta barel per hari pasokan untuk menopang harga.

"Pasar global (minyak) tampak lebih ketat daripada yang diantisipasi banyak orang untuk tahun ini, tetapi sejumlah barel yang tidak terjual dapat menumpuk dengan cepat dan menjenuhkan kawasan," kata RBC Capital Markets Kanada dalam catatan penelitian tentang pasar minyak yang dikutip Reuters.

Meskipun demikian, ada tanda-tanda yang mengarah ke pasar yang dipasok lebih banyak menuju lebih jauh ke tahun 2019.

Departemen Energi AS mengatakan pada Kamis (28/2) bahwa pihaknya menawarkan hingga 6 juta barel minyak mentah sweet dari cadangan darurat nasional dalam penjualan yang diamanatkan oleh undang-undang untuk mengumpulkan dana guna memodernisasi cadangan minyak strategis AS.

Produksi minyak mentah AS telah mencapai rekor lebih dari 12 juta barel per hari, mendorong ekspor menjadi 3,6 juta barel per hari pada Februari.

Bank investasi RBC mengatakan, pihaknya memperkirakan barel-barel Houston AS secara ekonomis dapat bergerak ke mana saja secara global ketika dihargai dengan diskon 1,70 dolar AS per barel relatif terhadap patokan Brent.

Minyak mentah Houston terakhir diperdagangkan pada 6,60 dolar AS per barel di atas WTI, yang masih menempatkannya pada diskon lebih dari 2,15 dolar AS per barel terhadap Brent.

Di sisi permintaan, sebuah jajak pendapat Reuters menunjukkan minggu ini bahwa para analis memperkirakan permintaan bahan bakar global akan tersendat tahun ini, yang akan membebani harga minyak mentah, di tengah perlambatan ekonomi yang luas.

Ekspor Korea Selatan mengalami kontraksi pada laju tertajam dalam hampir tiga tahun pada Februari, karena permintaan dari pasar utamanya, China, semakin dingin dalam tanda lain dari goyahnya momentum di ekonomi terbesar keempat di Asia itu.

Meskipun demikian, konsumsi bahan bakar terutama di ekonomi berkembang Asia, yang merupakan pendorong utama permintaan minyak global, sejauh ini bertahan.

Konsumsi diesel India, misalnya, diperkirakan akan naik ke rekor tahun ini di tengah ekspansi yang kuat dari kendaraan berat yang mendorong pertumbuhan ekonomi lebih dari tujuh persen.

Baca juga: Rupiah Jumat pagi melemah, lewati angka Rp14.100

Baca juga: Dolar hanya menguat tipis, meski pertumbuhan ekonomi AS lebih baik

Baca juga: Harga emas lanjutkan penurunan, ekonomi AS kehilangan momentum

 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019