Jakarta (ANTARA News) - Pengamat perminyakan, Kurtubi, mengatakan harga minyak dunia bisa menembus 100 dolar AS per barel pada akhir 2007, apabila Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak melakukan penambahan produksi. "Namun, kalaupun OPEC meningkatkan produksi, saya perkirakan harga minyak masih akan bertahan di atas 90 dolar per barel hingga akhir tahun ini," katanya di Jakarta, Rabu. Mulai Oktober ini, OPEC telah menaikkan tingkat produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari guna menekan kenaikan harga minyak dunia. Kenaikan harga minyak sekarang ini sangat disayangkan tidak dimanfaatkan maksimal oleh Indonesia, katanya. Sebab, saat ini, produksi minyak Indonesia sedang mengalami masa terendah selama 30 tahun ini dan diperparah dengan melonjaknya biaya "cost recovery" yang mencapai titik tertinggi dalam sejarah perminyakan nasional. Ia juga mengatakan kenaikan harga minyak ini akan meningkatkan defisit APBN akibat kenaikan subsidi BBM dan listrik. Gubernur OPEC untuk Indonesia, Maizar Rahman, mengemukakan meski harga minyak naik, OPEC belum berkeinginan menambah kembali produksinya. Sebab, stok minyak mentah masih berlimpah, sehingga ia memperkirakan harga minyak akan kembali turun pada November-Desember mendatang. Seperti juga tahun lalu, lanjutnya, harga minyak naik dan kembali turun menjadi 50 dolar per barel pada Desember 2006 akibat musim dingin yang tidak terlalu tinggi dan berbagai faktor fundamental lainnya. "Tahun ini pun, saya kira akan sama," katanya. Namun, ia mengatakan penambahan produksi kemungkinan akan juga dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi OPEC pada 17-18 November di Riyadh, Arab Saudi. Menurut Maizar, penyebab kenaikan harga minyak saat ini adalah masalah geopolitik, yakni ketegangan antara Turki dan Kurdi yang dikhawatirkan mengganggu pasokan minyak di wilayah tersebut. Selain itu, kenaikan harga minyak juga disebabkan melemahnya dolar, krisis pasar investasi berjangka AS, dan menurunnya stok minyak di Amerika yang dikhawatirkan tidak akan cukup menghadapi musim dingin. Maizar menambahkan dengan membandingkan rata-rata harga minyak tahun lalu yang berkisar 66 dolar per barel, maka rata-rata harga minyak 2007 akan berkisar 67-78 dolar per barel. Namun, lanjutnya, jika harga minyak menembus 100 dolar per barel, maka dampaknya amat besar dalam perekonomian dunia. "Jika sampai menembus 100 dolar AS per barel, maka permintaan minyak akan turun karena industri tidak mampu mengkonsumsinya. Dampak lanjutan, industri akan berhenti beroperasi dan perekonomian akan mandek," ujarnya. Harga minyak jenis "light sweet" kontrak New York untuk pengiriman Nopember 2007 mencapai 87,01 dolar per barel dan jenis Brent di London mencapai 83,57 dolar per barel. Sementara, patokan harga minyak dalam APBN Perubahan 2007 ditetapkan sebesar 60 dolar per barel. (*)

Copyright © ANTARA 2007