Bakauheni (ANTARA News)- Menteri Perhubungan Jusman Syafii Djamal menyebutkan bahwa kelanjutan pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) akan bergantung dari hasil studi kelayakan JSS itu. "Pembangunan JSS itu tergantung hasil studi kelayakannya," kata Menhub, saat diminta tanggapannya ketika melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pelabuhan Bakauheni, Lampung Selatan, Sabtu. Ketika diminta pendapatnya atas nilai ekonomi pembangunan JSS itu, Menhub mengatakan hal itu tentu sudah diperhitungkan dalam studi kelayakan JSS tersebut. Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla atas nama pemerintah menyatakan setuju pembangunan Jembatan Selat Sunda, namun mengingatkan agar diperhitungkan dengan benar nilai ekonomisnya sehingga tidak menimbulkan masalah nantinya. Namun Wapres mengatakan bahwa rencana pembangunan JSS itu sebenarnya sudah ada sejak lama, namun selalu terkendala pada dua hal, yakni masalah teknologi dan nilai ekonomisnya. Menurut Wapres, soal teknologi bisa saja dengan membeli, namun nilai ekonomisnya harus betul-betul dihitung secara matang. "Kalau pembangunannya menelan biaya sekitar Rp140 triliun, maka itu artinya untuk satu kilometer pembangunannya memerlukan Rp40 triliun per kilometer. Artinya 100 kali ongkosnya dibanding pembangunan jalan tol," kata Wapres. Sementara pembangunan jalan tol saat ini memerlukan biaya sebesar Rp40 miliar. Kalau saat ini biaya jalan tol sebesar Rp500 per kilo meter. Maka JSS baru akan efisien jika biaya per kilometernya sebesar Rp50 ribu. "Dengan demikian biayanya jika per kilometer Rp50 ribu. maka biayanya menjadi Rp50 ribu kali 31, sehingga Rp1,5 juta per truk," kata Wapres pula. Sementara biaya penyeberangan kapal laut di Selat Sunda saat ini sebesar Rp190 ribu per truk.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007