Tokyo (ANTARA News) - Tokoh masyarakat Indonesia-Jepang, Ginandjar Kartasasmita menyampaikan kepada pimpinan pebisnis Jepang yang tergabung dalam Nippon Keidanren (Kadin Jepang) bahwa Indonesia sedang memberi perhatian besar dalam peningkatan hubungan ekonomi dengan China. "Saat ini di Indonesia sedang melirik ke China. Ada kecenderungan yang sedang berlangsung untuk meningkatkan hubungan ekonomi besar-besaran dengan China," kata Ginandjar Kartasasmita dalam perbincangannya dengan Antara di Tokyo, Selasa. Pandangan itu disampaikan Ginandjar yang juga Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI itu kepada Ketua Nippon Keidanren Fujio Mitarai pada Senin (22/10). Ginandjar berada di Tokyo untuk menyampikan surat titipan Presiden RI Susilo Bambang Yudhyono kepada PM Yasuo Fukuda yang berisi ucapan selamat atas terpilihnya dia sebagai perdana Menteri Jepang. Meski demikian, Ginandjar yang didampingi oleh Wakil Ketua Umum Kadin Rahmat Gobel juga menjelaskan kepada Mitarai bahwa pemerintah Indonesia tidak boleh meninggalkan Jepang. "Pemerintah juga sudah diingatkan bahwa jangan sampai Jepang ditinggalkan. Terlebih bila mengingat sejarah hubungan kedua negara yang unik," kata Ginanjar yang dalam pemerintahan Orde Baru merupakan jembatan bagi Jepang dan Indonesia dalam membangun hubungan ekonomi. Ginandjar bagi elit Jepang memang bukan orang baru. Bahkan setiap ada persoalan yang dapat mempengaruhi hubungan kedua negara kala itu, maka Ginanjarlah yang dicari, karena bisa menyelesaikannya. "Itu sebabnya 50 tahun hubungan Indonesia Jepang pada April tahun depan harus menjadi momentum bagi kedua negara untuk memberi makna yang lebih bermafaat lagi," ujar dosen kehormatan di Waseda University itu. Melalui perjanjian EPA juga, kata mantan Menko Ekuin itu, persoalan-persoalan yang ada bisa diselesaikan bersama, termasuk juga masalah stabilitas pasokan gas dari Indonesia ke Jepang. EPA merupakan perjanjian ekonomi yang memungkinkan produk-produk pertanian, industri, tenaga kerja membanjiri Jepang yang selama ini sulit ditembus pengusaha Indonesia. Selain itu juga memangkas bea tarif perdagangan kedua negara. Pimpinan Keidanren memang sempat menyingung persoalan pasokan gas yang diimpor dari Indonesia. Ginanjar menceritakan bahwa kebijakan pemeirntah sudah jelas bahwa prioritas diberikan pada kebutuhan domestik ketimbang mengekspornya ke Jepang. Namun demikian semua kontrak yang sudah ada tetap akan dihormati, meski belum ada kepastian dalam perpanjangan kontraknya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007