Banda Aceh (ANTARA News) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bekerjasama dengan Flora dan Fauna Internasional (FFI) akan mendatangkan ahli buaya dari Australia untuk melakukan penelitian tentang buaya yang terdapat di berbagai sungai di wilayah tersebut. "Para ahli buaya dari Australia akan membantu kita menangani masalah yang muncul dalam beberapa bulan terakhir terkait konflik manusia dan buaya yang masih mendiami sejumlah wilayah di Aceh," kata Kepala BKSDA Provinsi NAD, Andi Basrun, di Banda Aceh, Sabtu. Ia menjelaskan, sebuah penelitian akan dilakukan untuk menurunkan kasus gangguan buaya terhadap manusia yang selama beberapa bulan terakhir terjadi beberapa kasus dengan menelan korban dua orang tewas dan empat cedera serius dimangsa binatang dilindungi itu. "Kita tidak punya tenaga khusus menanggulangi buaya yang kami perkirakan masih banyak terdapat dan mendiami sungai serta rawa-rawa di sejumlah wilayah di Aceh, seperti di Kabupaten Aceh Singkil," tambahnya. Andi Basrun menjelaskan, para ahli buaya yang diperkirakan datang ke Aceh pada akhir Oktober 2007 itu akan melakukan sebuah penelitian untuk beberapa pekan, khususnya di Aceh Singkil dan Aceh Barat. "Sebagai tindaklanjut dari penelitian itu, juga akan dibicarakan bagaimana upaya memindahkan buaya dari sungai yang selama ini telah dijadikan sebagai lumbung mata pencarian masyarakat ke tempat yang lebih aman," katanya. Sebagian besar mata pencarian masyarakat di daerah aliran sungai (DAS) telah menjadikan sungai sebagai tempat mencari rezeki, untuk mandi dan mencuci. "Kalau buaya itu sering masuk mencari rezeki di sungai yang ada aktivitas masyarakat, maka dipastikan warga akan menjadi korban. Oleh karenanya, diperlukan tempat yang lebih cocok untuk habitat tersebut," tambah dia. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007