Surabaya (ANTARA) - Persebaya Surabaya meluncurkan kostum (jersey) tim terbaru yang akan digunakan untuk mengarungi Liga 1 musim kompetisi 2019 di Stadion Gelora Bung Tomo, Jumat.

“Jersey ini didesain baru dan 100 persen buatan Indonesia,” ujar presiden tim Persebaya, Azrul Ananda, di sela peluncuran jersey.

Peluncuran jersey digelar sebelum Persebaya melawan PS Tira Persikabo pada babak delapan besar Piala Presiden 2019 dan disaksikan puluhan ribu suporter setianya, bonek mania.

Bahkan, pada pertandingan yang berakhir dengan skor 3-1 itu pemain Persebaya sudah mengenakan jersey berwarna hijau-hijau tersebut.

“Ini belum final karena masih ada mitra yang menyusul dan membantu Persebaya. Nanti, mendekati Liga 1 bergulir akan dilakukan peluncuran kembali dengan logo sponsor lengkap,” ucapnya.

Dibandingkan musim-musim sebelumnya, tidak ada perbedaan mencolok, baik dari warna kaos dan celana, maupun desainnya.

Untuk jersey kandang berwarna hijau-hijau, tandang berwarna putih-putih, lalu kiper kandang warna merah-merah dan kiper tandang warna abu-abu hitam.

Menurut Azrul, jersey tersebut memiliki sejumlah teknologi yang membuat pemain lebih nyaman.

Direktur Bisnis Persebaya Lucia Cicilia di laman resmi tim mengatakan, jersey mempertahankan bahan croco canggih yang digunakan sejak Liga 2 tahun 2017.

Bahan itu, kata dia, diproduksi eksklusif untuk Persebaya dan memiliki teknologi terkini yang dilengkapi dengan anti odor, anti UV dan quick dry.

Untuk musim ini, lanjut dia, jersey Persebaya lebih canggih dengan tambahan bahan microdot dan memiliki pori-pori lebih besar.

”Hal itu membuat sirkulasi udara jauh lebih baik. Sehingga bisa mendinginkan suhu badan pemain dalam pertandingan,” kataya.

Sementara itu, di bagian logo juga tidak kalah istimewa karena emblem Persebaya terbuat dari bahan 3D.

“Keistimewaan lain dari jersey Persebaya 2019 adalah flat knit rib di kerah dan lengan. Pemain akan lebih nyaman dengan bahan tersebut,” katanya.

Baca juga: Persebaya lolos ke semifinal Piala Presiden 2019

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019