Palu (ANTARA) - Wali Kota Palu Hidayat menegaskan bahwa Pemerintah Kota Palu tidak memungut uang sepeserpun atau menggratiskan uang sewa bagi Pedagang Kreatif Lapangan (PKL) di kawasan Hutan Kota Kaombona yang diperuntukkan bagi korban gempa.

"Pokoknya bapak ibu berjualan di sini gratis. Tidak ada namanya pungutan-pungutan. Lahan kami sediakan tinggal bapak ibu berjualan di sini," kata Hidayat di Palu, Selasa.

Pemkot Palu menyiapkan sekitar 300 lapak di kawasan tersebut dan diutamakan bagi seluruh PKL di kawasan Teluk Palu yang menjadi korban tsunami.

Pascatsunami 28 September 2018, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemerintah Kota Palu telah mengeluarkan larangan kepada warga untuk mendirikan tempat tinggal atau tempat berjualan pada kawasan 200 meter dari bibir pantai.

"Di kawasan hutan kota Kaombona ini, tiap PKL diberi lapak seluas dua kali dua meter. Kawasan ini akan dilengkapi dengan lampu penerangan dan meteran listrik per enam lapak. Nanti tagihannya patungan antarpelapak," katanya kepada sejumlah PKL saat meninjau pengerjaan kawasan Hutan Kaombona.

Dia menjelaskan dana pembangunan lapak dan penyediaan fasilitas umum bagi seluruh PKL korban tsunami maupun pengunjung ditanggung Pemkot Palu, baik melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun melalui institusi atau perusahaan swasta.

"Kita meminta BUMN-BUMN seperti BRI (Bank Rakyat Indonesia) agar membantu pembangunan kawasan ini melalui dana CSR-nya. Yayasan Buddha Tzu Chi membantu 200 lapak dan BRI 100 unit lapak," sebutnya.

Dia berharap pembangunan kawasan tersebut dapat dikebut dan rampung dalam waktu dekat agar para pelapak yang saat ini masih menganggur dapat segera berjualan.

Nur Hayati salah satu pelapak korban tsunami di kawasan Anjungan Nusantara mengaku sangat bersyukur atas bantuan tersebut, terlebih lagi karena mereka tidak dipungut biaya sepeserpun.

Dia dan ratusan PKL yang menggantungkan hidup dari usaha cafe kecil-kecilan di kawasan Teluk Palu yang musnah dihantam tsunami berharap dapat segera berjualan di kawasan hutan kota Kaombona tersebut sembari menunggu penyelesaian pembangunan kawasan itu oleh Pemkot Palu.

"Sejak bencana sampai sekarang saya tidak berjualan. Jadi saya dengan keluarga hanya berharap bantuan," imbuhnya.

Baca juga: 1.500 unit hunian tetap untuk korban bencana Palu mulai dibangun
Baca juga: TNI bersama Tzu Chi membangun 3.000 rumah bagi korban gempa dan tsunami
Baca juga: Ribuan paket bantuan disalurkan untuk korban tsunami

Pewarta: Muhammad Hajiji
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019