Jakarta (ANTARA News) - Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil mengatakan, pihaknya mencari formula peningkatan setoran dividen Pertamina akibat keuntungan tak terduga (windfall profit) dari kenaikan harga minyak dunia sehingga dapat dijaga keseimbangan antara kebutuhan negara dan pertumbuhan perusahaannya. "Di pihak lain negara juga memerlukan uang yang lebih banyak karena defisit akibat kenaikan harga BBM oleh sebab itu kita akan cari sebuah formula yang seimbang antara kepentingan negara, APBN dan kepentingan Pertamina sebagai perusahaan yang perlu tumbuh," katanya seusai menghadiri acara pemberian penghargaan MURI kepada Menteri Keuangan pertama Mr AA Maramis di Departemen Keuangan, Jakarta, Selasa. Ia mengatakan, saat ini setoran dividen telah direview dan diputuskan oleh DPR, namun demikian adanya keuntungan tak terduga (windfall profit) saat ini akibat kenaikan harga minyak dapat dibicarakan nanti pada APBN-P 2008. "Sekarang keputusan sudah diketok, nanti kurang apa di APBN-P," katanya. Ia menambahkan hingga saat ini pihaknya belum mengkaji dampak kenaikan harga minyak tersebut terhadap Pertamina karena kenaikan harga minyak terjadi baru-baru ini. "Belum ada (kajian), kan kenaikan harga minyak baru-baru ini," katanya. Sementara itu Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, kenaikan harga minyak tersebut mendorong laba Pertamina dan kemungkinan dalam bentuk keuntungan yang lebih tinggi. Pertamina, menurut dia, punya kapasitas untuk memberi dividen yang lebih besar dari apa yang direncanakan. "Tapi kita harus lihat karena harga minyak 90-an itu terjadi dalam bulan-bulan ini. Kita akan lihat berapa lama dan berapa pengaruhnya terhadap penerimaan Pertamina," katanya. Sementara itu, pemerintah mencatat keuntungan tambahan atau windfall dari kenaikan harga minyak per dolarnya dapat mencapai Rp3,34 triliun. "Setiap kenaikan satu dolar AS harga minyak, kita memperoleh windfall sebesar Rp3,34 triliun, dengan asumsi kursnya mencapai Rp9.050 per dolar," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007