Jakarta (ANTARA) - Indonesia tertarik menggarap rekonstruksi hunian di Irak, setelah banyak kota di negara tersebut hancur akibat konflik berkepanjangan yang disebabkan oleh kelompok ISIS.

Rekonstruksi hunian menjadi salah satu peluang kerja sama ekonomi yang dibahas saat delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Utusan Khusus Presiden untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Alwi Shihab berkunjung ke Baghdad pada 24-27 Maret 2019. Dalam kunjungan tersebut, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) kerja sama dengan dengan Kadin Irak.

“Di bidang konstruksi, ada komitmen untuk membangun 15 ribu rumah buatan pabrik (prefabricated houses) di Irak oleh PT Wijaya Karya dan Audie Building Company,” kata Wakil Ketua Komite Timur Tengah dan Negara-negara Islam Kadin Indonesia Rudy Radjab dalam pertemuan dengan Alwi Shihab guna membahas laporan kunjungan delegasi Indonesia ke Baghdad di Jakarta, Kamis.

Menurut Rudy, PT Wijaya Karya berminat untuk membangun hunian permanen, sementara Audie Building Company memiliki teknologi untuk membangun prefabricated houses di sejumlah provinsi di Irak.

“Audie sudah menjanjikan memberikan rumah contoh senilai Rp300 juta free of charge Itu komitmennya di depan menteri kesehatan dan menteri konstruksi Irak. Jadi kemungkinan (proyek) ini yang paling cepat berjalan,” tutur dia.

Duta Besar Irak untuk Indonesia Abdullah Hasan Salih menyambut baik kerja sama dengan Indonesia di bidang pembangunan infrastruktur.

“Irak membutuhkan pembangunan kembali semua kota yang hancur dan telah dibebaskan dari (pendudukan) ISIS,” kata Abdullah.

Dengan kekalahan ISIS, ia mengklaim bahwa situasi di Irak khususnya di Baghdad, berangsur aman dan terkendali, sehingga menjadi momentum tepat untuk mengundang kerja sama ekonomi dan investasi dari berbagai negara, tidak terkecuali Indonesia.

Irak merupakan pasar yang cukup besar dan menguntungkan bagi produk-produk Indonesia mengingat negara tersebut memiliki penduduk 38 juta orang dan PDB per kapita 5.165 dolar AS pada 2017.

Sebagai salah satu produsen minyak dunia, Irak juga mampu memproduksi hingga 4 juta barel minyak per hari atau empat kali lipat produksi minyak Indonesia.

Ini menjadikan Irak memiliki potensi keuangan yang besar untuk menopang investasinya di luar negeri, kata Alwi Shihab.  
Baca juga: Indonesia-Irak kerja sama pembangunan kilang minyak
Baca juga: Jerman janjikan Irak 500 juta euro untuk bangun infrastruktur

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019