Bandung (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) kini berkonsentrasi dalam penelitian serta pengembangan pembuatan obat hEPO (human erythroproetin) dengan salah satu fungsinya bisa mengobati AIDS. Kepada ANTARA News, di Bandung, Rabu, Peneliti LIPI, Prof DR Umar Anggara Jenie, menjelaskan bahwa kedua obat tersebut masih dalam penelitian pihaknya sejak beberapa tahun ke belakang. Metode serta sistem hEPO yang sedang dikembangkan LIPI tersebut, ditemukan oleh seorang ilmuan LIPI, Dr Adi Santoso yang mulai diteliti pihaknya sejak 2004 lalu. "Kita patut berbangga hati, karena hEPO ini ditemukan, dan terus dikembangkan ilmuan Indonesia sehingga ke depan akan menjadi kebanggaan bangsa ini untuk dirampungkan sekitar tahun 2010," tandas mantan kepala LIPI itu. Dikatakan, hEPO berfungsi sebagai katalisator pada sel darah merah (entrosit) manusia untuk penyembuhan berbagai penyakit seperti anemia hingga HIV AIDS. Molekul jenis obat tersebut terbentuk melalui perkawinan sebuah gen yang berasal dari bagian ginjal manusia kedalam Cham OVA (Chinnese Hamster Ovarium). Penelitian bio teknologi yang dikembangkan LIPI itu, berpijak pada pengembangan teknik `molekul farming` sehingga menghasilkan hEPO tersebut. Menurut Umar Anggara, penelitian hEPO melalui Cham OVA tersebut memiliki hasil yang cukup baik, dan selanjutnya pihaknya mengembangkan penelitian itu dengan mengawinkan gen pada ginjal manusia itu terhadap " Cp Pichia pastoris" atau ragi. Dikatakan, hasil perkawinan antara gen dimaksud dengan ragi lebih baik dibandingkan dengan perkawinan serupa melalui Cham Ova, karena menghasilkan peneluran yang sangat signifikan, lebih produktif serta relatif lebih aktif. Saat ini pihaknya masih terus melakukan proses cek ulang secara mendalam sehingga diharapkan segera menghasilkan obat yang bagus, dan mudah dijangkau masyarakat kalangan menengah kebawah. Dikatakan, untuk penelitian tersebut pihaknya membutuhkan anggaran sekitar Rp600 Juta, sementara proses secara genetik melalui `molekul farming` relatif lebih cepat, serta lebih mudah dibanding metode konvensional.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007