Pekanbaru (ANTARA) - Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ir Raffles Pandjaitan mengingatkan Pemerintah Provinsi Riau untuk mewaspadai fenomena el nino selama bulan April-Juli 2019 ini yang berpotensi memicu meluasnya kebakaran.

"April ini el nino sudah moderat. Satgas Karhutla Riau harus lebih waspada karena kondisinya akan sangat panas dibanding awal tahun," katanya kepada Kantor Berita Antara usai kegiatan diskusi Perlindungan Ekosistem Gambut dan Pengendalian Karhutla di Graha Pena, Pekanbaru, Senin.

El nino adalah fenomena memanasnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah hingga timur. El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global. Di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.

Dia mengatakan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sini dilakukan secara terpadu oleh Satgas Karhutla dipimpin Gubernur Riau dan diperkuat berbagai instansi. Dia berharap, Satgas Karhutla dapat lebih waspada dan meningkatkan koordinasi antar-satuan, sehingga penanggulangannya dapat lebih efektif dalam menghadapi el nino ini.

"El nino membuat 'fuel' (lahan gambut) menjadi kering dan akan sangat mudah terbakar. Sinergikan sumber daya yang ada sehingga kebakaran cepat diatasi," ujarnya.

Provinsi Riau mulai mengaktifkan Satgas Karhutla setelah menetapkan status siaga darurat sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019 mendatang. TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Manggala Agni, BMKG, dan berbagai instansi lainnya bersatu padu melawan Karhutla yang melanda sejak awal Januari lalu hingga saat ini.

Lebih jauh, Raffles mengatakan luas kebakaran hutan dan lahan di Riau tercatat mencapai lebih dari 2.800 hektare. Namun, dia mengatakan angka itu berpotensi lebih luas, dan dia mengatakan KLHK akan melakukan perhitungan ulang dengan menggunakan satelit Land Sat yang memiliki kualitas pencitraan tinggi.

"Di Riau luas kebakaran 2.800 an hektare. Itu berdasarkan hasil pemantauan di lapangan. Nanti sebenarnya perhitungan luas kebakaran sampai emisinya itu menggunakan citra Land Sat dan verifikasi di lapangan. Biasanya dia (luasan kebakaran) lebih besar. Karena tim lapangan tidak bisa mengitung sampai daerah 'remote' terpencil," jelasnya.

Dia menuturkan pihaknya akan segera merilis data luas Karhutla terbaru dengan menggunakan sistem pencitraan Land Sat dan verifikasi langsung di lapangan dalam waktu dekat. Meski begitu, dia mengingatkan pemerintah tetap waspada, dan terus berupaya memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membakar lahan di musim kering ini.

Pewarta Anggi Romadhoni

Pewarta: Anggi Romadhoni
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019