Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Syamsir Siregar, mengungkapkan saat ini tercatat ada sekitar 8.000 penganut faham Al-Qiyadah Al-Islamiyah di Indonesia. "Sekitar 8 .000," katanya sesaat sebelum mengikuti rapat koordinasi Polhukam di Jakarta, Jumat. Syamsir mengatakan perlu pembinaan berlanjut kepada para anggota Al-Qiyadah yang telah menyerahkan diri agar tidak kembali ke aliran sesat tersebut. "Ya langkah selanjutnya ya kita bina mereka supaya bertobat," katanya. Sementara itu, sebelumnya, Menteri Agama Maftuh Basyuni mengatakan Al-Qiyadah adalah paham sesat, karena ajaran yang disebarkan oleh Ahmad Moshaddeq alias H Salam itu sudah menyimpang jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya. "Kenapa sesat, karena tidak sesuai dengan ajaran islam yang sebenarnya. Islam itu Tuhannya cuma satu Allah SWT, Nabi terakhir hanya Muhammad SAW, dan kitab suci cuma satu yaitu Al-Quran," kata Maftuh, di Samarinda. Meski Pemerintah Indonesia menjunjung kebebasan setiap orang menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing, ujarnya, keberadaan faham sesat Al-Qiyadah telah menimbulkan keresahan di masyarakat. Apalagi hal itu diperkuat denga fatwa yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 4 Oktober lalu. Sebelumnya, pimpinan dan empat orang pengikut aliran Al-Qiyadah Al-Islamiah di Makassar diamankan di Polsek Makassar. Pimpinan Al-Qiyadah adalah Alimuddin Daeng Kio, sementara empat orang pengikutnya adalah Rudi alias Zulkifli, Ati, Iwan bersama ibunya, Wati. Sedangkan di Bekasi, tiga orang pengikut aliran sesat tersebut menyerahkan diri ke polisi. Kapolres Metro Bekasi, AKBP Mas Guntur Laope, di Bekasi, mengatakan ketiga pengikut aliran sesat yang menyerahkan diri adalah Ricky Septo Nugroho, Rahmad Hudiana dan Rahman. Selama ini, ketiga pengikut aliran sesat tersebut beroperasi di Jalan Raya Narogong, Kampung Rawa Roko, Gang Rawa Rt10/01, Bojong Rawalumbu, Kecamatan Rawalumbu, Bekasi. (*)

Copyright © ANTARA 2007