Malang (ANTARA News) - Empat dari sepuluh rangkaian gerbong kereta api pembawa Bahan Bakar Minyak (BBM) milik Pertamina anjlok di jalan Sartono kelurahan Sukoharjo kota Malang atau kurang lebih seratus meter dari stasiun Kota Lama Malang, Jatim,. Salah satu saksi mata Aminuddin, Sabtu mengatakan, kerata api pembawa BBM tersebut anjlok sekitar pukul 03.35 WIB. Kereta yang anjlok tersebut akan menuju Depo Pertamina Malang yang berada di jalan Halmahera kota Malang. "Waktu itu saya dan keluarga masih tidur dan terbangun setelah mendengar bunyi gesekan dari kereta yang sangat keras. Setelah itu saya keluar rumah dan melihat empat rangkain kereta pembawa BBM anjlok dan saya langsung membangunkan keluarga takut jika ada sesuatu yang tidak didinginkan," katanya. Menurut dia, keempat gerbong tersebut berisi penuh premium yang akan dikirim ke Depo Pertamina Malang. Dan masing-masing gerbong membawa BBM sebanyak 35.660 liter. Jadi total BBM yang dibawa keepat gerbong tersebut mencapai 142.640 liter. "Setelah itu banyak petugas dari kereta api langsung berusaha menyelamatkan rangkaian gerbong BBM yang tidak anjlok. Berhubung dekat dengan stasiun kota Lama sebagian gerbong dibawa kesana," kata warga yang berada tepat depan rangkain KA yang anjlok. Lebih lanjut ia menjelaskan, pihaknya tidak mengetaaui secara pasti penyebab anjloknya kereta BBM itu. Namun jika melihat kondisi dilapangan dimana anjloknya kereta terjadi ada beberapa bantalan rel yang rusak sehingga mengakibatkan patahnya rel. "Rel yang tepat berada di jalan Sartono patah, namun saya tidak tahu apakah itu penyebabnya," kata warga yang setiap harinya berjualan dipasar Comboran itu. Senada dikatakan Heri warga Jalan Sartomo kota Malang, saat itu dirinya berada diluar rumah dan melihat secara langsung anjloknya kereta pembawa BBM itu. Menurut dia, laju kereta saat itu lambat. Pasalnya kereta baru keluar dari stasiun Kota Lama kota Malang menuju Depo Pertamina. "Kereta langsung berhenti dan banyak petugas yang datang untuk melakukan pertolongan," kataya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007