Samarinda (ANTARA News) - Sekitar 550 artis dan seniman mempertontonkan teater, seni musik dan tari tradisional-kontemporer, dalam Festival Kudungga di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim). Ketua Panitia Eko Purwanto mengatakan, festival ini terus mengalami kemajuan dari jumlah peserta dan kualitas pertunjukannya. Bahkan, para peserta yang berasal dari 10 kabupaten dan kota didominasi oleh muka-muka baru atau generasi muda. "Festival ini cukup berhasil menumbuhkan apresiasi seni dan regenerasi," kata Eko disela pertujukan seni tari tradisional-kontemporer, Senin malam (5/11). Kudungga merupakan festival tahunan yang diprakarsai oleh Taman Budaya Provinsi Kaltim sejak tahun 2002, dan rangkaiannya digelar selama sepekan di Gedung Rijani Asnawi, Samarinda.. Tujuan dari festival Kudungga awalnya adalah untuk mempertahankan seni budaya tradisional Kaltim, yang semakin terkikis oleh modernitas dan kultur pop dari dunia Barat. Dalam perjalanannya, festival itu ternyata telah menjadi ajang bagi berkembangnya kesenian lokal yang dikemas lebih aktraktif, tanpa meninggalkan ciri tradisionalnya. Festival Kudungga melombakan empat jenis pertunjukan mulai dari teater, hingga kreasi gubahan pada seni musik tradisional, serta seni tari pesisir dan pedalaman. Pada hari ke-5 festival yang melombakan tari pesisir, tujuh kelompok performer saling bersaing dengan menampilkan tari tradisional Jepen yang telah banyak dimodifikasi. Hal itu terlihat dari penampilan tari "Jepen Nelayan" oleh sanggar tari dari Kota Bontang yang mendapat pembaruan gerakan, musik dan baju daerah. Kostum desain tradisional bewarna cerah ditambahkan motif burung Kuntul Merak yang merupakan maskot kota tersebut pada kostum penari putri. Gerakan khas tari Jepen, seperti lambaian tangan dan formasi lingkaran memutar ditambahkan gerakan melompat yang tak lazim ditemui pada tari Jepen tradisional. Tari tradisional-kontemporer itu makin memikat dengan iringan instrumen gambus, rebana dan gendang yang kerap memainkan perubahan tempo untuk mengikuti komposisi gerakan penari. "Tari Jepen yang asli hanya tinggal sekitar 30 persen saja," kata pimpinan kelompok, Ahmad Junaedi. Hal serupa juga dapat dilihat pada penampilan penari dari Kabupaten Kutai Kartanegara yang membawakan tari "Jepen Begondohan". Di tengah tari yang memvisualisasi luapan kegembiraan itu, disisipkan gerakan bela diri pencak silat. "Tarian yang disuguhkan jadi tidak monoton dan lebih menarik," kata Rina, seorang pengunjung.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007