Seoul (ANTARA) - Ribuan warga negara Indonesia yang tinggal di Korea Selatan mendatangi kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Seoul untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum presiden dan legislatif pada Minggu, meski harus mengantre panjang dan sebagian belum tentu mendapatkan hak pilih.

Mereka datang dari berbagai wilayah di Korea, termasuk Daejeon yang berjarak ratusan kilometer dari Seoul dan kota-kota industri kecil seperti Ansan di pinggiran ibu kota.

"Pelaksanaan pemungutan suara pada hari ini berlangsung aman dan terkendali. Tidak hanya di Seoul tapi juga di tempat-tempat pemungutan suara lain," kata ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Seoul, Huda Ulinuha.

Di KBRI, ada sekitar 3.000 orang yang tercatat dalam daftar pemilih tetap. Angka tersebut belum menghitung ratusan WNI lain yang mendaftar di tempat (daftar pemilih khusus--DPK) dan harus menunggu sisa surat suara. Mereka inilah yang belum tentu mendapatkan hak pilih.

Sebagian DPK tersebut sebelumnya mengaku sudah terdaftar sebagai DPT di TPS lain. Namun karena TPS yang ditetapkan oleh PPLN terlalu jauh dari domisili awal, mereka akhirnya meminta untuk pindah tempat pemungutan suara ke Seoul yang lebih mudah dijangkau.

"Saya berdomisili di Incheon (kota pinggiran barat Seoul--red), namun TPS saya ada di Daegu yang jaraknya terlalu jauh (lebih dari 200km--red). Akhirnya saya meminta untuk pindah TPS ke Seoul," kata Christian Ho.

Selain itu, banyak juga warga yang mengantar langsung surat suara, yang seharusnya bisa dikirim lewat pos, ke KBRI karena khawatir tidak sampai.

Secara keseluruhan, ada sekitar 26.000 pemilih tetap di Korea Selatan. Sebanyak 8.000 di antaranya memilih menggunakan metode coblos langsung ke TPS yang tersebar di empat kota. Sekitar 13.000 orang menggunakan metode pos, sedangkan sisanya menunggu TPS keliling di kota-kota terluar Korea.

Pewarta: GM Nur Lintang
Editor: Rahmad Nasution
Copyright © ANTARA 2019