Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan menginginkan adanya keseimbangan antara jumlah produksi dengan tingkat penjualan gabah petani mengingat di beberapa lokasi, kapasitas gudang Bulog sudah dinilai penuh namun terkendala pendistribusian.

"Komisi IV DPR RI terus mendorong pemerintah untuk menyesuaikan harga penyerapan gabah dan penjualan beras dengan harga pasar," kata Daniel Johan dalam rilis yang diterima di Jakarta, Senin.

Menurut dia, di beberapa tempat, kapasitas gudang Bulog dinilai sudah penuh, namun di sisi lain lembaga tersebut sudah tidak lagi melakukan distribusi beras sejahtera.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyatakan telah menyiapkan berbagai upaya untuk melakukan penyerapan gabah, termasuk meminta Perum Bulog bergerak, mengingat saat ini produksi melimpah dan mengakibatkan harga gabah kering panen turun.

Selain menugaskan Perum Bulog untuk menyerap gabah sesuai HPP, yakni Rp4.070 per kilogram, Mentan telah menyiapkan 800 unit pengering untuk meningkatkan kualitas beras.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat rata-rata harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani turun agak tajam pada Maret 2019 yakni 9,98 persen dari tingkat penggilingan menjadi Rp4.604 per kilogram dibandingkan Rp4.706 per kilogram harga gabah kualitas yang sama pada Februari 2019.

Sebagaimana diwartakan, Lembaga Pangan Malaysia (Padiberas Nasional/Bernas) tertarik menggalang perdagangan beras dengan perum Bulog sebagai upaya untuk menjamin dan memasok ketersediaan pangan yang berkualitas di negara tersebut.

"Bernas Malaysia sudah sejak lama mengetahui kualitas beras Bulog yang baik sehingga perlu dilakukan kerja sama lebih serius yang bisa memberikan banyak manfaat dan saling menguntungkan bagi kedua negara," kata Kepala Departemen Industri penelitian dan analisa Bernas Malaysia Salman Muhammad.

Salman Muhammad telah berkunjung ke Parepare, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu, yang merupakan tindak lanjut dari kunjungan delegasi Perum Bulog yang dipimpin Direktur Komersial Bulog beberapa waktu lalu sebagai upaya untuk membuka akses pasar berskala internasional.

Malaysia menjadi pilihan pertama mengingat banyak peluang yang bisa dibangun dalam hal perdagangan pangan, termasuk komoditas beras.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019