Singapura (ANTARA News) - Harga minyak dunia bertahan di atas 94 dolar per barel di Asia Selasa dalam perdagangan yang stabil menjelang pertemuan puncak akhir pekan kartel minyak OPEC. Dalam perdagangan sore, kontrak perdagangan berjangka utama New York, light sweet untuk pengiriman Desember, tiga persen lebih tinggi pada 94,65 dolar per barel setelah turun 1,70 dolar di perdagangan New York Senin, lapor AFP. Minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Desember lima sen lebih rendah pada 91,93 dolar per barel setelah merosot 1,20 dolar di London. Perdagangan berjangka minyak telah balik kembali dari masa pemecahan rekor yang mendorong mereka ke ketinggian sepangjang masa minggu lalu sekitar 98,62 dolar di New York dan 95,19 dolar di London. "Apa yang sesungguhnya mendorongnya adalah spekulasi," kata Steve Rowles, seorang analis CFC Seymour di Hongkong. Harga akan melemah lebih jauh saat dana spekulasi bergerak ke dalam produk lain, dengan tekanan turun juga datang dari penjualan menjelang masa kedaluarsa kontrak Desember Jumat ini, kata Rowles. Ia menambahkan bahwa kekawatiran terhadap pertumbuhan yang melambat AS juga mempengaruhi pasar. Para periset di Societe Generale mengatakan terdapat sinyal bertentangan dari para menteri di Organisasi Negara Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menjelang pertemuan puncak para pemimpin di Riyadh pekan ini. Namun dalam sebuah wawancara yang diterbitkan Selasa, Menteri Saudi Ali al-Nuaimi mengatakan kepada Financial Times bahwa "sama sekali tidak ada diskusi" tentang pasokan jangka pendek akhir pekan ini. Para menteri juga direncanakan mengadakan pertemuan khusus pada 5 Desember di Abu Dhabi. Pada September OPEC memutuskan akan menaikkan output dengan 500.000 berel per hari mulai 1 November. Tetapi harga telah merambat hampir 20 dolar sejak itu. Rowles mengatakan ia tidak menangkap kartel tersebut mengumumkan kenaikan produksi lebih jauh akhir pekan ini. John Kilduff, dari MF Global, mengatakan faktor OPEC tidak sepenting untuk harga minyak mentah seperti dengan penurunan keseluruhan sentimen di pasar ekuitas disebabkan kekawatiran atas tekanan kredit AS.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007