Beirut (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sesjen PBB), Ban Ki Moon, meminta para pemimpin Libanon yang berseteru untuk menyingkirkan perbedaan mereka, dan meneruskan pemilihan presiden secara bebas sekaligus adil menurut batas waktu 23 November 2007. "Pemilihan bebas dan adil presiden baru yang ditunjuk melalui aturan konstitusi, tanpa campurtangan asing, adalah tonggak sejarah bagi pembangunan Libanon sebagai demokrasi yang bersemangat," kata Ban pada saat kedatangannya di Beirut, ibukota Libanon. "Itu merupakan pilar dalam aspirasinya untuk memulihkan kebebasan politik dan kedaulatan penuhnya serta untuk menjamin integritas wilayahnya," ujarnya. Ban mengatakan, penting sekali bagi parlemen untuk mengadakan sidang pada pekan depan, dan memilih seorang pengganti kepala negara pro-Suriah, Emile Lahoud, guna menghentikan krisis politik terburuk di negara itu sejak berakhirnya perang saudara 1975-1990. "Pemilihan presiden baru hendaknya berlangsung pada waktunya dan sesuai dengan prosedur konstitusi," katanya. Ban dijadwalkan pertama-tama untuk mengadakan pembicaraan dengan anggota mayoritas yang berkuasa yang didukung Barat dan oposisi pimpinan Hizbullah yang bertengkar mengenai siapa yang akan menggantikan Lahoud. Sesjen PBB pada Jumat mengadakan pertemuan dengan Nasrallah Sfeir, pemimpin masyarakat Kristen Maronit yang berpengaruh, dari mana presiden Libanon secara tradidisional diambil. Ia disertai dalam perjalanannya oleh Terje Roed-Larsen, utusan khusus PBB untuk Timur Tengah. Kamp pro dan anti-Suriah Libanon telah menghadapi kebuntuan selama kebih dari dua bulan mengenai pemilihan seorang calon pengganti Lahoud, yang meningkatkan kekhawatiran bahwa dua pemerintah paralel akan terbentuk. Prancis, bekas penguasa kolonial Libanon, telah memelopori upaya diplomatik bagi pemilihan itu berlangsung dengan Menlu Bernard Kouchner meyakinkan Sfeir pekan ini untuk menyusun daftar calon yang namanya kemudian dapat dibicarakan oleh mayoritas dan oposisi. Sfeir sebelumnya menolak ditarik ke garis terdepan krisis karena khawatir dituduh condong pada pihak atau calon khusus, tapi ia tunduk pada tekanan intensif dari Perancis. Belum jelas Kamis apakah Sfeir telah mengajukan daftar nama calonnya, yang telah ditunggu dengan cemas dalam putaran politik yang mana main tebak-tebakan menonjol, seperti siapa yang akan mengakhiri daftar. Surat kabar Libanon berspekulasi bahwa Nassib Lahoud dan Boutros Harb, dua calon yang didukung oleh mayoritas yang berkuasa, akan masuk bersama dengan Michel Aoun, satu-satunya calon yang diumumkan oposisi. Sfeir diperkirakan akan menambah tiga atau lebih banyak lagi nama ke daftar itu yang kemudian akan dipelajari oleh ketua parlemen Nabih Berri, anggota penting oposisi, dan Saad Hariri, pemimpin kelompok maroritas di parlemen. Kedua pemimpin itu kemudian akan mengambil dua atau tiga kandidat untuk diusulkan pada sidang parlemen 21 November untuk para anggota parlemen mengadakan pemilihan presiden. Tiga sidang sebelumnya untuk pemilihan itu dibatalkan karena tiadanya konsensus dan sidang Rabu depan dianggap sebagai upaya kesempatan terakhir untuk menghindari krisis berledakan-penuh. Mayoritas yang berkuasa, yang memiliki 68 anggota parlemen dalam majelis yang memiliki 127 kursi, telah mengancam untuk maju terus dengan suara mayoritas absolut jika perjanjian tidak dicapai pada batas waktu 23 November, yang memicu peringatan oleh Hizbullah bahwa tindakan itu akan menjadi sama dengan kudeta. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007