Bangkok (ANTARA News) - Klub Liga Utama Inggris, Manchester City, yang dimiliki perdana menteri terguling Thailand, Thaksin Shinawatra, telah mengontrak tiga pemain Thailand, demikian diungkapkan pelatih klub tersebut, Sven-Goran Eriksson, Jumat. Mantan pelatih tim nasional Inggris itu berada di Bangkok untuk mengumumkan kontrak tersebut, yang oleh lawan Thaksin, yakni pemimpin kudeta Jenderal Sonthi Boonyaratglin, dinyatakan sebagai persekongkolan untuk meningkatkan kepopuleran Thaksin di negerinya menjelang pemilihan umum Desember mendatang. Tetapi, Eriksson dan Thaksin membantah adanya permainan politik dan mengatakan pemain belakang Suree Sukha dan Kiatpravut serta pemain penyerang Thirasilp Dangda dikontrak karena potensi mereka, serta untuk mempromosikan sepak bola Asia. "Tujuan kami adalah membuat suatu reputasi yang baik bagi Thailand, di bidang manajemen klub dan menciptakan pemain baru berbakat," kata Thaksin dalam pidato yang divideokan. Miliarder yang kharismatik itu digulingkan dalam suatu kudeta tahun lalu dan sejak itu mengasingkan diri di Inggris. Ia akan ditangkap dengan tuduhan korupsi bila kembali ke Thailand, meskipun ia membantah berbuat salah. Eriksson mengatakan kepada wartawan bahwa kontrak tersebut bukan merupakan perintah langsung dari ketua. Ia mengatakan ketiga pemain itu, yang dikontrak selama tiga tahun dengan biaya yang tidak dingkapkan, harus membuktikan diri di lapangan. "Saya berada di sini untuk alasan sepak bola, saya berada di sini bukan karena alasan politik," katanya. Sonthi, yang kini menjabat sebagai deputi perdana menteri, Jumat pagi menghargai kemajuan sepak bola Thailand, tetapi mempertanyakan motif di belakang kontrak tersebut. "Saat ini, setiap orang menginginkan ditampilkan di media. Siapapun yang pintar akan melaksanakan strategi mereka pada waktu ini," katanya. Meskipun Thaksin telah bersumpah untuk tidak berpolitik, ia diyakini akan mendukung Partai Kekuatan Rakyat (PPP), yang diambil alih oleh para anggota partainya, Thai Rak Thai, yang telah dibubarkan, demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007