Jakarta (ANTARA) - Polisi meragukan mayat dalam ember yang ditemukan di Desa Cihuni, Pagedangan, Kabupaten Tangerang, pada Minggu (21/4) lalu, oleh warga, dalam kondisi termutilasi meski kondisi badan mayat tersebut terpisah dari kepalanya.

"Mayat di Cihuni pada hari minggu lalu itu, setelah ditemukan, segera kami kirimkan ke fasilitas forensik di RS Polri. Jadi kalau ada yang bilang ini mutilasi dan lainnya, mungkin dia lebih ahli daripada dokter, karena sampai sekarang belum ada hasil forensiknya," kata Kasatreskrim Polres Tangerang Selatan, AKP Ahmad Alexander Yurikho, saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Meski hasil pemeriksaan forensik yang sudah dijalankan sejak Senin (22/4) belum ada hasil resminya, kata Alex, pihak kepolisian mendapatkan tiga fakta hasil dari wawancara dokter forensik terkait penemuan mayat yang diduga seorang pria tersebut.

Pertama, jenazah tersebut sudah berbentuk tulang dan daging yang ada juga sudah membusuk yang diperkirakan sudah sekitar 1,5 bulan sejak meninggal dunia.

"Jadi sudah berbentuk kerangka. Bahkan kepala terpisah dari badan rangkanya, kepalanya sudah berbentuk tengkorak. Dagingnya sudah tidak ada semua," ucap Alex.

Kedua, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan meski kepala dan badan terpisah. Karena, menurut Alex, jika terpisahnya organ dari badan karena paksaan atau karena bantuan alat pasti memiliki bekas luka trauma.

"Kalau itu pemisahannya dengan alat atau yang sering disebut sebagai mutilasi, pasti akan ada bekasnya, pasti akan ada traumanya, pasti akan ada yang bisa dilihat dari proses pemeriksaan medis forensik. Ini tidak ada sama sekali tanda-tanda kekerasan, tidak ada," ucap dia.

Fakta ketiga, Alex melanjutkan, ada kemungkinan jenazah tersebut merupakan tunawisma atau bisa jadi orang yang kurang secara mental, salah satu alasannya karena sandal yang ditemukan oleh polisi merupakan hasil rakitan dengan tali, kanan dan kirinya pun berbeda.

Korban, tutur Alex, kemungkinan meninggal saat tertidur karena ember yang membungkus mayat tersebut dalam posisi berlubang di bagian atas dan bawahnya, sementara badan embernya terbelah dan bisa dibuka.

"Ember itu mungkin dijadikan alasnya," ucapnya.

Terpisahnya organ tubuh tersebut, kata Alex, mungkin karena proses alami dalam waktu 1,5 bulan, terlebih lokasi tersebut merupakan daerah genangan jika hujan deras atau air sungai naik.

"Sekali lagi, tidak ada tanda kekerasan. Kalau mutilsi, pasti akan ditemukan, sekecil apapun," tuturnya.

Kendati demikian, Alex mengatakan hingga saat ini, kepolisian belum bisa memastikan penyebab kematian dari mayat tersebut dan belum bisa mengidentifikasi.

"Ini masih gambaran awal. Kami juga masih berusaha mengidentifikasi ini siapa dengan bantuan Babinkamtibmas dan masyarakat, kami beritahukan ciri-cirinya ini, namun sampai sekarang belum ada masyarakat yang melapor atau mencoba mencari tahu itu siapa," ucap Alex menambahkan.

Mayat tersebut, diketahui ditemukan oleh warga yang sedang mencari kroto untuk pakan burung pada Minggu, 21 April 2019.

Jasad yang diduga pria itu ditemukan dengan kondisi nahas, tubuhnya sudah menjadi tulang belulang dengan daging yang sudah tidak utuh.

 

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019