Tulungagung, Jawa Timur (ANTARA News) - Capres dari PDIP, Megawati Soekarnoputri, mempersilakan ketua umum partai atau capres lainnya bersafari seperti dirinya karena hal itu merupakan bagian dari pendidikan politik bagi rakyat. "Silahkan kalau mau ikuti cara saya. Saya dibilang tebar pesona, ya memang saya mempesona," kata Megawati di hadapan ribuan massa pendukungnya di Lapangan Pema, Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, Kamis. Enam buah tenda besar sejak pagi hari sudah dipersiapkan khusus untuk menyambut kedatangan Megawati dalam kunjungan safarinya di Kabupaten Tulungagung. Masyarakat yang hadir berasal dari berbagai kalangan, mulai tukang becak dan ojek, kelompok tani, buruh dan TKI, pengrajin kayu, nelayan, peternak hingga pedagang kecil seperti warung kopi. Mega yang didampingi suaminya, Taufik Kiemas, dan adiknya, Guruh Soekarnoputra, menegaskan bahwa dirinya perlu mendengar aspirasi masyarakat yang telah memilihnya pada 2004 lalu. Mega menyatakan, ia tidak pernah merasa kalah dalam pertarungan Pilpres 2004 lalu. "Pada 2004, saya memang tidak menang, tapi tidak mau dikatakan kalah. Karena kalau dalam tinju kalah, dipukul, `blek`, pingsan. Wong saya tidak pingsan-pingsan kok," tandas Megawati yang langsung disambut riuh massa. Karena alasan itu pula Mega merasa bertanggungjawab mendengarkan aspirasi puluhan juta orang Indonesia yang pernah memilihnya dan hal itu harus dilakukan apa adanya atau tidak ada rekayasa. "Saya tidak mau seperti kelompencapir (pertemuan masyarakat dengan pejabat pada masa orde baru) yang direkayasa. Biarkan rakyat berbicara menyampaikan apa adanya," katanya seraya menegaskan bahwa dirinya juga tidak mau membodohi rakyat dengan janji-janji semata. Tidak seperti pertemuan-pertemuan Mega dengan warga sebelumnya, acara silaturahmi kali ini diawali dengan menyanyikan bersama-sama lagu kebangsaan Indonesia Raya. Dalam silaturahmi itu, warga setempat mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk, kalaupun ada harganya tinggi dan tidak terjangkau. Warga setempat juga meminta Mega untuk memimpin kembali bangsa ini dan "wong cilik" di Tulungagung siap berjuang untuk Mega. Kepada Megawati, seorang pengayuh becak mengemukakan harapannya agar Mega bersedia berfoto dengan dirinya dan nantinya foto itu akan ditempel di dinding rumahnya untuk kenang-kenangannya. Hari terakhir silaturahmi Mega bersama Rakyat itu diwarnai pula dengan tercecernya kameramen SCTV dan reporternya, Erwin dan David, dari rombongan. Kedua wartawan itu terpaksa mengejar ketertinggalan mereka dengan menyewa ojek.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007