Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Negara Koperasi dan UKM pada 2008 terpaksa menurunkan target membuka gerai Smescomart dari rencana semula 40 gerai menjadi 20 akibat kenaikan harga minyak mentah dunia. "Semula kami menargetkan dapat terealisasi 40 gerai Smescomart tahun depan tetapi akibat APBN semakin dinamis karena harga minyak dunia yang naik siginifikan maka target terpaksa diturunkan," kata Asisten Deputi Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Negara Koperasi dan UKM, Halomoan Tamba, di Jakarta, Jumat. Smescomart (Small Medium Enterprises & Cooperative Mart) merupakan salah satu program Kementerian Negara Koperasi dan UKM sejak tiga tahun silam yang direalisasikan dalam bentuk pendirian pasar modern mini dengan menggandeng perusahaan ritel nasional PT Sumber Alfaria Trijaya (Alfamart). Ia mengatakan, saat ini pihaknya akan lebih fokus untuk memantapkan 92 gerai Smescomart yang telah ada di Lampung, Pulau Jawa, dan Bali. Menurut dia, puluhan gerai tersebut direncanakan dibuat terkonsolidasi dalam satu jaringan yang mudah diakses oleh pelaku KUKM. "Terutama kami akan lebih dahulu memperkuat sistem keuangannya, misalnya dengan membuka rekening bersama. Selain itu masih perlu juga dilakukan penataan sistem dan fisik untuk menunjang operasional gerai," katanya. Sebenarnya, bukan hanya penataan fisik yang perlu dilakukan untuk membuat Smescomart kompetitif tetapi juga pembinaan mental pengelolanya yang semula terbiasa dengan sistem koperasi berbasis kekeluargaan. Tamba berpendapat sistem Smescomart menguntungkan banyak pihak termasuk peritel, koperasi yang dibina, sekaligus Kementerian Negara Koperasi dan UKM sebagai regulator. "Kita tahu tidak semua orang mau bekerjasama dengan Alfamart tetapi dengan dipadu bersama koperasi kita lindungi keduanya," katanya. Menurut dia, keduanya dapat saling tergantung dan membutuhkan satu sama lain di mana di satu sisi Smescomart mendorong koperasi untuk mampu bekerja keras di garis bisnis dan peritel memiliki potensi pasar yang lebih luas. Saat ini sejumlah gerai KUKM itu berkembang pesat, misalnya di Cirebon dengan omzet mencapai Rp16 juta per hari dan di Jakarta Selatan mencapai Rp14 juta per hari.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007