Solo (ANTARA) - Pemerintah meminta para peternak jujur dalam menyampaikan data jumlah ternak dan angka produksi mereka untuk menyeimbangkan dengan kebutuhan pakan.

"Kami ingin membangun peternakan yang bermartabat, jadi harus jujur dalam menyampaikan data, menyampaikan populasi," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita pada Musyawarah Nasional ke-2 Pehimpunan Insan Perunggasan atau Pinsar Petelur Nasional (PPN) di Solo, Kamis.

Dengan demikian, dikatakannya, pemerintah akan lebih mudah menghitung kebutuhan pakan para peternak khususnya pada saat harga melonjak dan perlu ada subsidi dari pemerintah.

"Kalau terkait harga jagung ini memang tergantung keadaan di lapangan, kalau naik dan langka kan bisa diimpor. Jangan sampai petani sudah produksi jagung tetapi tetap ada impor, akibatnya kan harga turun dan petani jadi kapok tanam jagung," katanya.

Mengenai kebutuhan bibit ayam, pihaknya akan melibatkan sejumlah perusahaan BUMN untuk ikut terlibat sehingga peternak tidak kesulitan memperolehnya.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Presidium PPN Yudianto Yosgiarso mengatakan program ke depan yang akan dilakukan oleh PPN adalah membentuk peternak yang bermartabat.

"Saling menghargai, menghormati, dan bersama dalam memperbaiki kesulitan, jadi tidak menang sendiri," katanya.

Ia juga berharap ke depan pemerintah memperbaiki aturan, khususnya terkait impor jagung. Menurut dia, jangan sampai impor pakan ternak tersebut menimbulkan gejolak di lapangan.

"Selain itu, mengenai kebutuhan bibit juga produksinya harus transparan sehingga ke depan jika ada kelebihan produksi tidak sampai mengganggu dan menimbulkan gejolak," katanya.

Sebelumnya, dikatakannya, langkah pemerintah yang sempat menghentikan impor jagung ternyata juga berdampak kurang baik bagi peternakan. Menurut dia, langkah yang pernah dilakukan di kisaran tahun 2016 berdampak pada kenaikan harga jagung hingga tembus di harga Rp6.000/kg.

"Harapannya ke depan ini juga menjadi perhatian pemerintah. Meski demikian, kami juga mengapresiasi langkah pemerintah yang menunjuk Perum Bulog kaitannya dengan penyaluran komoditas jagung bagi para peternak. Saat ini harga jagung tertinggi Rp4.300/kg," katanya.

Sebagaimana diketahui, dikatakannya, kebutuhan peternak layer mandiri akan komoditas jagung secara nasional sekitar 250 juta ton/bulan.

"Kalau perbandingannya, untuk bisa menghasilkan 1 kg telur dibutuhkan pakan dengan berat 3,65 kg. Jadi bisa dibayangkan kalau harga pakan naik, tentu peternak kesulitan memperoleh untung," katanya.

 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019