Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mewaspadai kurangnya pasokan gula pada dua bulan awal tahun depan (Januari-Februari) mengingat musim giling berakhir pada Desember 2007. "Hitungannya (pasokan) sampai Desember aman, Januari-Februari sampai menjelang giling lagi (April-Mei) itu perlu dikhawatirkan. Kalau gula sudah dijual ke pedagang, siapa yang bisa kendalikan harga?," kata Direktur Bina Pasar dan Distribusi, Departemen Perdagangan, Gunaryo, di Jakarta Jumat. Menurut dia, pengamanan harga gula memang belum sebaik beras karena pemerintah tidak memiliki stok gula untuk dipasok ke pasar untuk menekan lonjakan harga. Sedangkan, untuk mengamankan harga beras, pemerintah memiliki stok yang dikelola oleh Perum Bulog yang dapat dikucurkan ke pasar ketika ada indikasi harga merambat naik. Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan gula pada dua bulan pertama 2008 itu, pemerintah masih akan menghitung stok gula hingga akhir Desember serta volume impor gula yang dibutuhkan. Sementara itu, Depdag membantah telah terjadi rembesan distribusi gula rafinasi ke pasar seperti yang diungkap petani tebu di daerah Jawa Timur. Menurut Gunaryo, distribusi gula rafinasi sudah dibatasi yaitu langsung dari pabrik ke industri makanan dan minuman berskala besar. Sedangkan bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) diperbolehkan membeli melalui distributor yang ditentukan. "Kalau untuk UKM boleh beli ke distributor, dan distributornya itu pasti terdaftar di dinas perindustrian dan perdagangan setempat," tambahnya. Sebelumnya, kalangan pabrikan gula dan petani tebu mencemaskan jatuhnya harga gula lokal dalam beberapa pekan terakhir, sebagai dampak beredarnya gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman di pasaran yang diperlakukan sebagai gula konsumsi. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007