Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Hassan Wirajuda akan mewakili pemerintah RI dalam konferensi perdamaian Timur Tengah (Timteng) pada 26-27 November di Annapolis, Maryland, Amerika Serikat, yang bertujuan meletakkan dasar bagi penyelesaian atas konflik Israel-Palestina. "RI memutuskan untuk turut hadir sebagai peserta dan berpartisipasi dalam konferensi itu," kata Menlu RI di Ruang Palapa Departemen Luar Negeri RI, Jakarta, Jumat. Kedatangan Indonesia, lanjut Menlu RI, merupakan jawaban atas undangan yang disampaikan oleh Menlu AS Condoleezza Rice pada 21 November lalu. "Harapan kehadiran Indonesia juga telah dua kali dikemukakan oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam dua kali pertemuannya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di New York September lalu dan di Jakarta pada Oktober," katanya. Menurut Hassan, dalam konferensi yang hanya berlangsung satu setengah hari dan diikuti oleh 49 negara atau organisasi itu pemerintah RI akan menyampaikan pandangannya mengenai arti pentingnya penyelesaian konflik Israel-Palestina dengan jalan damai. Status Indonesia sebagai peserta konferensi memungkinkan Indonesia terlibat secara aktif dalam konferensi itu. Pemerintah RI dan masyarakat internasional, lanjut dia, berharap melalui konferensi tersebut perundingan perdamaian dapat dihidupkan kembali. Sekalipun konferensi tersebut membuka harapan baru, namun Hassan mengatakan publik hendaknya jangan berharap terlalu tinggi akan tercapainya kesepakatan yang mengikat. "Konflik ini telah berlangsung lebih dari tiga generasi, tentu tidak dapat diselesaikan dalam satu kali konferensi," katanya. Tapi, lanjut dia, jika konferensi ini membawa hasil positif maka akan membawa suatu harapan bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina dan konflik di Timur Tengah secara menyeluruh. Saat ditanya mengenai pernyataan HAMAS bahwa konferensi tersebut sebagai salah satu tipu daya Israel, Menlu RI mengatakan bahwa dalam pertemuannya dengan sejumlah pejabat HAMAS tahun lalu, pemerintah RI telah menyampaikan bahwa tidak ada cara lain untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina selain dengan jalan damai guna menghindari jatuhnya lebih banyak korban. Hassan juga mengatakan bahwa Presiden Yudhoyono juga telah menyampaikan bahwa konferensi internasional akan efektif jika melibatkan pihak-pihak yang terkait langsung. "Yang terlibat langsung ada empat yaitu Israel dan Palestina, lalu Suriah terkait konfkik Israel-Suriah tentang dataran Golan dan Lebanon terkait konflik Israel-Lebanon Selatan," katanya. Indonesia memberikan masukan agar konferensi itu tidak hanya membahas konflik Israel-Palestina namun juga masalah dataran Golan dan Lebanon Selatan walaupun bukan sebagai prioritas utama. Pihak-pihak yang diundang untuk menghadiri konferensi itu adalah Amerika Serikat, Israel, Palestina, Aljazair, Sekretaris Jenderal Liga Arab, Bahrain, Brasil, Kanada, Cina, Mesir, Komisi Uni Eropa, Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Portugal sebagai Presiden Uni Eropa, Perancis, Jerman, Yunani, Indonesia, Irak, Italia, Jepang, Yordania, Libanon, Malaysia, Mauritania, Maroko, Norwegia, Oman, Pakistan, Polandia, Qatar, Rusia, Arab Saudi, Senegal, Slovenia, Afrika Selatan, Spanyol, Sudan, Swedia, Suriah, Utusan Khusus Kwartet Tony Blair, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Sekjen PBB dan Yaman. IMF dan Bank Dunia juga diundang sebagai pengamat.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007