Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah Senin pagi diprediksi cenderung stabil, dengan masih belum ramainya perdagangan. Nilai tukar rupiah pada Rp9.357/9.367 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.355/9.365 per dolar AS atau melemah dua poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan pelaku lokal masih hati-hati masuk ke pasar. Mereka menunggu investor asing bereaksi menjelang bank sentral AS (The Fed) pada akhir bulan ini kembali akan menurunkan suku bunganya. "Kami optimis koreksi harga terhadap rupiah yang relatif kecil ini, karena membaiknya pasar saham regional yang didukung pula oleh isu The Fed yang akan menurunkan kembali suku bunganya," katanya. Dikatakannya, rupiah pada akhir pekan lalu menguat karena didukung oleh masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar. BI khawatir rupiah akan bisa melewati angka batas psilkologis Rp9.400 per dolar AS. BI masuk ke pasar untuk menahan gejolak rupiah agar tidak melewati angka batas tersebut, katanya. BI, lanjut dia, juga masih berada di pasar, namun hanya mengamati pergerakan rupiah, apabila ada tekanan pasar yang cukup kuat, maka BI akan segera melepas cadangan dolarnya. Karena itu rupiah terkoreksi tipis hanya dua poin, namun ke depan rupiah diperkirakan akan kembali menguat, apabila harga minyak mentah dunia tidak bergerak naik lagi, katanya. Menurut dia, kekhawatiran atas ekonomi AS yang melambat, seharusnya membuat rupiah menguat, apalagi mata uangnya cenderung melemah terhadap semua mata uang Asia. Bahkan dolar AS terhadap euro melemah yang sempat mencapai level 1,49 karena aktifnya pelaku asing membeli euro ketimbang dolar AS, katanya. Sementara itu dolar AS terhadap yen menguat menjadi 108,54 atau naik 0,2 persen dan euro stabil pada 1,4836. Dolar AS sebelumnya sempat merosot terhadap yen hingga mencapai 107,55 atau telah turun sebesar enam persen, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2007