Hadirnya Judesa akan mempermudah dan memperpendek akses warga pedesaan menuju sekolah, pasar, tempat kerja, mengurus administrasi ke kantor kelurahan atau kecamatan dan akses silaturahim antarwarga
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) selama tahun 2019 menargetkan pembangunan infrastruktur berupa jembatan gantung sebanyak 166 unit, termasuk menggunakan teknologi Jembatan Gantung Asimetris untuk Pedesaan (Judesa).

"Hadirnya  Judesa akan mempermudah dan memperpendek akses warga pedesaan menuju sekolah, pasar, tempat kerja, mengurus administrasi ke kantor kelurahan atau kecamatan dan akses silaturahim antarwarga," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam rilis di Jakarta, Senin.

Basuki mengemukakan bahwa Kementerian PUPR tidak hanya membangun infrastruktur skala masif namun juga infrastruktur kerakyatan salah satunya jembatan gantung.

Dalam kurun 2015-2018, Kementerian PUPR telah membangun sebanyak 164 jembatan gantung dengan total panjang 39.798 meter.

Sementara itu, Plt Kepala Balitbang Kementerian PUPR Lukman Hakim mengatakan Jembatan Gantung Teknologi Judesa tersebut merupakan inovasi yang dikembangkan Pusat Penelitian Jalan dan Jembatan Balitbang Kementerian PUPR sejak tahun 2014.

"Kementerian PUPR telah membangun secara swakelola prototipe Judesa dengan bentang 40 meter, 60 meter. Untuk Judesa dengan bentang 120 meter, pertama kali diterapkan di Desa Muara Cikadu (Cianjur)," ujar Lukman.

Lukman mengemukakan hal itu pada acara Serah Terima Prototipe Judesa kepada Bupati Cianjur Herman Suherman di Kecamatan Sindangbarang, Kabupaten Cianjur, Jumat (26/4/2019).

Jembatan yang menghubungkan Dusun Cijulang dan Dusun Bantaka yang dipisahkan oleh Sungai Cisadea itu diberi nama Jembatan Julangtaka, yang artinya memiliki ketulusan tinggi.

Sebelum ada jembatan, ujar dia, akses antardusun tersebut selama ini menggunakan rakit, dan apabila banjir maka air sungai naik sehingga akses antar dusun tersebut terputus.

Teknologi Judesa menggunakan sistem pembangunan satu arah, yaitu dengan konsep flying fox, menggunakan tali untuk penyeberangan dalam proses pembangunannya, yang memudahkan dalam pembangunannya untuk membuka akses daerah terpencil.

Material jembatan dibuat prefabrikasi dan sistem komponen jembatan modular yang membuat konstruksinya lebih mudah dipasang.

Demikian pula dengan lantai jembatan dibuat secara modular sehingga mempermudah dan mempercepat pemasangannya.

"Dari segi keamanannya, Judesa didukung oleh dua sistem kabel semi independen, di mana kabel utama dan sistem lantainya menahan gaya lateral, sehingga jika salah satu kabel mengalami kegagalan maka kabel lainnya saling menguatkan," jelasnya.

Baca juga: Kemendes dan PUPR bangun jembatan desa di Bengkulu Utara

Baca juga: Kampung Enggros bangun jembatan gunakan Dana Desa

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019