Zamboanga (ANTARA News) - Tentara Filipina menemukan dua jenazah militan Islam dalam serangan militer berskala besar pada pekan lalu, sehingga jumlah korban menjadi 10 orang, kata seorang pejabat, Senin. Orang-orang itu, yang semuanya pengikut pemberontakan Muslim yang dipimpin Habier Malik, bentrok dengan pasukan pemerintah di pulau Jolo, Jumat. Delapan pengikut lainnya juga tewas dalam pertempuran di dekat kota Kalingalan Kaluang. Malik adalah pemimpin Fronth Pembebasan Nasional Moro (MNLF), bekas kelompok separatis Muslim yang melakukan perang berdarah separatis Islam pada tahun 1970-an, namun telah menandatangani suatu perjanjian perdamaian pada 1996 yang meenghasilkan pembentukan wilayah otonomi Muslim Mindanao. Kelompok Malik menolak mengakui perjanjian tersebut dan memisahkan diri serta melakukan tindakan kejahatan dan intimidasi untuk bisa bertahan-hidup di Jolo yang mayoritas berpenduduk Muslim. Pihak pemerintah menduga kelompoknya mengadakan hubungan-hubungan operasional dengan Abu Sayyaf, kelompok militan Islam yang bermarkas di pulau tersebut, dan diduga mempunyai hubungan dengan kelompok Al Qaeda dan Jemaah Islamiyah (JI). "kami terus melakukan aksi-aksi melawan kelompok Malik," kata Mayjen Reuben Rafael, komandan satuan tugas anti teroris militer di pulau itu. Dia mengatakan, dua jenazah lagi dari pihak pemberontak telah ditemukan dari tempat bentrokan Jum`at, sedangkan pihak militer mempercayai 18 orang pengikut Malik lainnya terluka. Pada awal tahun ini, Malik menyandera seorang anggota tim perunding perdamaian pemerintah. Dalam April lalu, kelompok Malik membantu Abu Sayyaf menyerang posisi pemerintah di kota Panamao, di pulau Jolo. Serangan itu, mengakibatkan 21 tentara tewas dan beberapa pemberontak juga tewas. Kelompok Abu Sayyaf menyatakan bertanggungjawab untuk terjadinya `serangan teroris terburuk di Filipina`, termasuk pemboman sebuah kapal ferry yang menyebabkan lebih dari 100 orang tewas dalam 2004. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007