Denpasar (ANTARA News) - Direktur Utama PT PLN Eddie Widiono menandatangani kontrak kerjasama jual-beli emisi karbon dengan Japan Carbon Finance (JFC) sebesar 260.000 ton senilai 3,5 juta dolar AS di Kantor Area Pelayanan PLN Kuta, Minggu. JFC yang bernaung di bawah Emission Reduction Puschase Agreement (ERPA) dalam penandatanganan naskah kerjasama tersebut diwakili Koichiro Fukui. Penjualan emisi karbon sebanyak itu bersumber dari pusat pembangkit listrik panas bumi Legondo II di Sulawesi utara sebesar 20 MW. Jual beli emisi karbon kali ini bagi Indonesia, Eddie Widiono, merupakan yang kedua, setelah pertengahan Juli lalu menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan di London, Inggris senilai 40 juta dolar AS. Indonesia berupaya memanfaatkan peluang yang ada untuk melakukan langkah-langkah yang efisien dengan mennerapkan teknologi ramah lingkungan. Pembangunan pembangkit listrik panas bumi Legondo II sedang dalam proses pembangunan yang diharapkan bisa mulai berfungsi 2008 atau 2009. Kontrak jual beli emisi karbon itu akan berlangsung hingga 2012 saat berakhirnya kesepakatan Protokol Kyoto. Eddie Widiono menambahkan, Indonesia dalam melakukan pembangunan khususnya menyangkut pembangkit listrik menggunakan teknologi ramah lingkungan untuk mendukung kehidupan secara berkelanjutan. Kehidupan yang berkeseimbangan termasuk pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 10.000 MWh, dengan cara menempuh mekanisme lain, sehingga mampu melakukan penghematan, disamping manfaat yang diperoleh. Upaya tersebut menitikberatkan pemeliharaan keseimbangan dalam membangun dan cara yang ditempuh itu sudah diterapkan sejak membangun proyek-proyek selama sepuluh tahun terakhir. Pembangunan pusat pembangkit listrik berkapasitas 10.000 MWh di berbagai darah di Indonesia diharapkan mampu memutar kembali roda perekonomi yang tidak begitu lancar selama hampir sepuluh tahun mengalami krisis ekonomi. Kapasitas 10.000 MWh tersebut terdiri atas 35 poyek, nantinya diharapkan mampu meningkatkan pelayanan bidang kelistrikan kepada masyarakat, ujar Widiono. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007