Palu (ANTARA News) - Warga Nunu dan Tavanjuka di Palu, Sulawesi Tengah yang terlibat bentrok pada Minggu (16/12), hingga Selasa malam, belum dipertemukan untuk berdamai. Lurah Tavanjuka, Didi Bakran, dan Lurah Nunu, Hasanuddin yang dihubungi terpisah di Palu, Selasa, membenarkan belum ada upaya pertemuan kedua belah pihak yang bertikai tersebut. Didi Bakran mengatakan, warga Tavanjuka dan Nunu terakhir bertemu pascabentrok 9 November 2007 yang menghasilkan kesepakatan menghentikan konflik dan berdamai, serta perwakilan kedua kelurahan ini juga membentuk forum perdamaian. Sejak kesepakatan ini dicetuskan, sudah dua kali pecah pertikaian antarwarga dengan eskalasi yang lebih besar dari sebelumnya. "Kalau sudah begini, pertemuan damai seperti itu agaknya tak punya arti," kata Didi Bakran pula. Hasanuddin mengaku kewalahan mencari solusi damai, karena pada akhirnya juga selalu dilanggar, meski sosialisasi sudah dilakukan. Padahal, menurut dia, sebenarnya warga Nunu dan Tavanjuka itu tidak hanya merupakan satu rumpun etnis Kaili, tapi juga masih memiliki pertalian darah satu sama lain. "Hal ini yang mesti diselidiki, jangan-jangan ada provokator di tengah masyarakat, sehingga terjadi pertikaian diantara mereka," ujar dia lagi. Didi Bakran juga menilai, sikap tegas demi penegakan hukum kepada pelaku pertikaian itu, terutama bagi mereka yang terbukti melakukan provokasi massa, akan lebih efektif menghentikan aksi tersebut supaya cepat tuntas. Namun bukan berarti upaya penegakan hukum itu, kemudian malah mengabaikan proses dialog dan pendekatan sosial budaya. "Segala upaya mesti ditempuh untuk menghentikan konflik yang selalu berulang sejak 1990-an itu," kata dia. Hingga Selasa malam, situasi di wilayah kedua kelurahan yang warganya bertikai itu masih berlangsung lengang, selain warga lebih banyak memilih berada di dalam rumah, juga masih banyak yang berada di lokasi pengungsian.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007