Namun apabila kita implementasikan di pasar saham Indonesia, berdasarkan data historis mitos tersebut tidak berlaku. Menilik kinerja IHSG dari tahun 1998 hingga 2018, hanya delapan kali terjadi kinerja negatif selama periode Mei - Oktober
Jakarta (ANTARA) - PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menilai mitos di pasar saham "sell in May and go away" tidak berlaku untuk pasar saham Indonesia.

Portfolio Manager PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Andrian Tanuwijaya mengatakan, mitos di pasar saham "sell in May and go away" didasari oleh kepercayaan bahwa secara historis, di Amerika Serikat, pasar saham cenderung melemah di periode Mei hingga Oktober.

"Namun apabila kita implementasikan di pasar saham Indonesia, berdasarkan data historis mitos tersebut tidak berlaku. Menilik kinerja IHSG dari tahun 1998 hingga 2018, hanya delapan kali terjadi kinerja negatif selama periode Mei - Oktober," ujar Andrian dalam keterangan resmi yang diterima Antara di Jakarta, Jumat.

Namun, lanjutnya, memang memasuki pertengahan tahun pergerakan IHSG dan rupiah relatif lebih fluktuatif. Pada periode ini rupiah cenderung melemah karena memasuki periode pembayaran dividen.

Selain itu kita juga memasuki periode Ramadhan dan libur Lebaran di pertengahan tahun, di mana pada periode ini perdagangan pasar saham relatif lebih sepi.

"Faktor-faktor ini merupakan faktor musiman yang mempengaruhi volatilitas pasar dalam jangka pendek," kata Andrian.

Walau demikian, menurut Andrian, idealnya potensi pasar harus dilihat berdasarkan faktor fundamentalnya. Sejauh ini ia memandang fundamental pasar masih tetap sehat.

"Kinerja emiten kami ekspektasi tetap tumbuh positif tahun ini dan kondisi makroekonomi Indonesia juga tetap baik. Oleh karena itu kami berpendapat volatilitas pasar dalam jangka pendek dapat menjadi peluang bagi investor untuk berinvestasi secara bertahap," ujar Andrian.
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019