Palu (ANTARA News) - Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah (Kapolda Sulteng), Brigjen Pol. Badrodin Haiti, mengatakan bahwa penanganan konflik yang muncul di tengah masyarakat membutuhkan pendekatan penegakkan hukum dan sosial budaya. "Penegakkan hukum bisa saja meredam konflik namun bisa juga sebaliknya membesarkan konflik. Dibutuhkan pendekatan budaya yang lebih efektif untuk meredam konflik," katanya saat bertatap muka dengan sekitar 300 warga Tawanjuka di Palu, Sabtu. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan damai di Mapolresta Palu, Rabu (19/12) pascabetrok antara warga Tawanjuka dan Nunu yang kembali pecah Minggu (16/12). Menurut Badrodin, pendekatan sosial budaya jauh lebih efektif dibanding penegakan hukum semata, apalagi warga Tawanjuka dan Nunu masih memiliki ikatan kekerabatan dalam rumpun etnis Kaili. Mengambil kasus penanganan konflik di Poso, penegakan hukum dan pendekatan sosial budaya berjalan berbarengan yang hasilnya dapat dirasakan saat ini. "Tapi yang pasti, hukum akan ditegakkan dengan melakukan penindakan kepada semua yang terlibat," kata Kapolda Badrodin. Badrodin mengatakan pihaknya sudah mengidentifikasi sejumlah warga yang memprovokasi massa sampai terjadi pertikaian. Mereka yang dicurigai akan ditangkap jika bukti permulaan cukup. "Polisi juga mempelajari rekaman pertikaian warga," katanya menambahkan. Dalam pertemuan di Auditorium Walikota Palu yang difasilitasi Sekrearis Kota Arifin Lolo, sejumlah wargab yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan sempat menyebutkan sejumlah nama yang memprovokasi massa. Peserta pertemuan juga menyebut beberapa nama yang membakar rumah warga Doda yang berada di wilayah Nunu namun interaksi warganya ke Tawanjuka. Kapolda Badrodin langsung memerintahkan Direktur Reserse dan Kriminal Polda Sulteng Kombes Pol. Armensyah Thai dan Kapolresta Palu AKBP Subarto menindaklanjuti laporan warga tersebut. "Laporan ini akan diselidiki kebenarannya," katanya. Bentrok antarwarga kelurahan Tawanjuka dan Nunu yang kembali pecah ini mengakibatkan sedikitnya 18 orang menderita luka ringan sampai berat. Para korban yang terluka akibat lemparan batu, busur panah, senapan angin, dan bacokan parang. Insiden ini juga mengakibatkan dua rumah penduduk, satu bangunan bengkel, serta sebuah bangunan yang difungsikan pos penjagaan polisi, dibakar massa yang bertikai. Enam sepeda motor, satu unit milik anggota polisi, turut dibakar. Warga Nunu dan Tavwnjuka masih memiliki ikatan keluarga dalam rumpun etnis Kaili, tapi pertikaian acap terjadi sejak 1995 yang dipicu masalah sepele. Pertikaian terakhir 8 Desember 2007 lalu mengakibatkan belasan orang luka dan rumah penduduk rusak ringan sampai berat. Pemicu konflik berawal dari keributan antarpemuda. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007