Jakarta (ANTARA News) - Ada yang berbeda dari Taufiequrrachman Ruki (61). Ketika menjabat Ketua KPK 2003-2007, purnawirawan polisi berpangkat Irjen itu terkesan berhati-hati menjawab pertanyaan wartawan dan bahkan seringkali bungkam seribu bahasa. Kini, setelah resmi diganti oleh Antasari Azhar per 18 Desember 2007, tokoh kelahiran Banten 18 Mei 1946 itu terkesan bersuka ria melayani pertanyaan wartawan. Setidaknya pada acara Sambung Rasa yang diselenggarakan oleh Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (Komtak) di Jakarta, Senin. Ruki yang mantan salah seorang deputi Menko Polkam, bertutur panjang lebar tentang upayanya membangun institusi KPK dari titik nol sampai intervensi yang sering ia alami. Ia mengaku pernah ditawari uang lima juta dolar AS yang disimpan di rekening bank di luar negeri untuk menghentikan sebuah kasus korupsi. Tidak jarang pula ia diminta untuk bertemu dengan pihak tertentu yang ingin menyerahkan uang demi penghentian penyidikan sebuah kasus. Meski Ruki terbuka menjawab semua pertanyaan namun ia tetap merahasikan pihak yang ingin menyuap itu. Ah, andai saja ia berani membuka siapa mereka. Ia hanya membuka kiat hidupnya menolak suap. "Untuk `gue`, uang ga diterima, fasilitas ga disentuh, pelet ga mempan," ujar mantan Kapolwil Malang itu. Selepas menjabat Ketua KPK, Ruki memuaskan hasrat terpendam bermain golf. Kode etik pimpinan KPK melarangnya bermain golf atau bersantap di sembarang tempat guna menghindarkan pihak tertentu yang ingin melobi penanganan suatu kasus korupsi, ketika ia memimpin KPK. Kulit pria itu kian melegam, kontras dengan rambutnya yang semakin memutih. "Dua hari terakhir ini saya memuaskan diri main golf," ujarnya. Tentang rencana ke depan, Ruki yang telah berkarir selama 31 tahun di kepolisian belum bersedia bercerita banyak. Ia hanya mengatakan banyak tawaran dari teman-temannya untuk terus berkarya di bidang pemberantasan korupsi. "Teman-teman masih menginginkan saya bekerja. Tetapi, paling tidak, sekarang saya bisa jadi pengamat pemberantasan korupsi yang kritis karena sudah berpengalaman," ujarnya. Ruki pun terang-terangan mengatakan keinginannya untuk berteman dengan kalangan politisi, meski tidak ingin bergabung dengan partai politik. "Saya ingin agar tokoh-tokoh parpol itu berpolitik lebih baik, demi Indonesia," ujar pria yang pernah menjabat anggota DPR dari Fraksi TNI/Polri selama delapan tahun itu.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007