Mekah (ANTARA News) - Setelah sukses membenahi katering di Arafah dan Mina (Armina), Menteri Agama selaku Amirul Hajj berencana akan meningkatkan pelayanan bagi jemaah haji pada 1429H/2008. "Diharapkan pada tahun depan pemerintah dapat menyediakan katering bagi jamaah haji saat di Mekah," katanya. Selama ini jamaah menyediakan atau mencari makanan sendiri di Mekah. Pemerintah hanya menyediakan katering untuk jamaah selama arbain di Madinah, wukuf di Arafah, dan pelontaran jumrah di Mina. Di Madinah, Arafah, dan Mina, jamaah diberi makan. Tahun depan pemerintah akan mengupayakan jemaah mendapat makan selama berada di Mekah. "Ini sedang kami usahakan. Bentuknya sedang dilihat apakah akan boks atau bagaimana," kata Menteri Agama M Maftuh Basyuni ketika berbincang-bincang dengan wartawan di Media Center Haji, Wisma Haji Indonesia, Mekah, Arab Saudi, Senin (24/12) malam. Sebelumnya memang menteri berkepala gundul itu membentangkan sejumlah kendala yang dihadapi jemaah Indonesia pada musim haji 1428 H. Maftuh harus membenahi "benang kusut" setiap penyelenggaraan haji. Selain masalah katering yang bisa menimbulkan problem besar, juga persoalan transportasi, pemondokan dan air bersih. Untuk mengatasinya tak bisa dilakukan pemerintah Indonesia saja, tapi melibatkan pemerintah setempat. Karena itu, selaku Amirul Hajj, ia "wara-wiri" menemui beberapa pejabat di Tanah Suci. Transportasi untuk ke depan, ada niat dari pemerintah Arab Saudi membangun monorel guna mengatasi kemacetan antara Arafah, Muzdalifah hingga Mina. "Sekarang sudah ada kontraktor Indonesia ingin ambil bagian," ujar menteri. Terkait dengan pemberian makan di Makkah, menurut dia akan memperingan beban jamaah, sehingga mereka bisa terfokus pada ibadahnya. Tidak semua pemondokan di Mekah itu memiliki dapur untuk tiap kamar. "Jadi, kemungkinan besar, penyajiannya, seperti di Madinah," katanya. Di Madinah, jamaah mendapatkan makan yang disediakan katering. Dalam sehari, jamaah diberikan makan siang dan malam dalam boks yang berisi nasi, lauk, dan sayur. Selain itu, tiap jamaah diberikan air minum dan buah-buahan. Untuk rencana tersebut, Pemerintah akan memanfaatkan hasil deposito uang haji dari para jamaah sendiri. "Kita manfaatkan dari deposito-deposito itu, sehingga semuanya kembali ke masyarakat," katanya. Untuk penyelenggaraan katering di ketiga daerah, yaitu Madinah, Arafah, dan Mina, bisa dipertahankan. Apalagi, dengan sistem prasmanan di Arafah dan Mina, dinilai pemerintah Arab Saudi, sangat berhasil. Hanya untuk pemasok katering, terus dipertimbangkan oleh pemerintah, khususnya Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Untuk di Arafah dan Mina, ada pembagian 50 persen untuk perusahaan katering yang dipilih oleh PPIH dan 50 persen untuk katering dari muassasah. Ia mengaku belum tahu, apa di Arafah dan Mina itu setiap tahun depan akan tetap 50-50 persen atau semuanya diserahkan kepada satu pihak. Yang bagus sebenarnya adalah 50-50 persen karena ada persaingan. "Tapi, kalau mereka berantem sendiri, maka yang jadi korban adalah jamaah kita," kata Maftuh lagi. Maftuh kembali mengingatkan kegagalan masa silamnya soal katering ini. Katering di tahun lalu dengan pemasok Anna Catering tak boleh terulang lagi. "Dengan pembagian 50-50 persen, terlihat hasil persaingan yang baik bagi jamaah Indonesia. Pelayanan katering pun dinilai baik dengan makanan yang memadai," ia menjelaskan. All-out Soal Anna Catering sendiri, perusahaan itu dipanggil oleh Tim Haji di negara tersebut. Perusahaan itu dinilai mencelakakan orang dan mempermalukan Arab Saudi. "Itu alasannya mereka `all out` kemarin. Saya belum pernah melihat mereka melayani begitu hebatnya, apalagi waktu kita datang, mereka langsung menyambut." Terkait dengan itu, aku Maftuh, pujian itu pun disampaikan oleh Dr Fuad Al Faridzi dari Kementerian Haji Arab Saudi. Dia menyampaikan selamat atas kesuksesan haji, termasuk yang dilakukan oleh misi-misi haji. Pemerintah Indonesia pun menyampaikan terima kasihnya atas perhatian yang besar dari Pemerintah Arab Saudi, terutama Kementerian Haji Arab Saudi, Gubernur Makkah, dan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi. "Saya jelaskan, di Indonesia sekarang ini diramaikan oleh suksesnya katering bukan suksesnya haji, sekaligus sukses saya gundul. Eh, dia (Fuad Al Faridzi) malah tertawa terbahak-bahak. Ini diluar dugaan saya, karena tahun lalu, beliau sangat marah dan membenci saya karena Anna Catering," sambung Menag. Kualitas pelayanan Terkait dengan peningkatan pelayanan ini, Pemerintah Indonesia tidak ingin meminta penambahan kuota jemaah haji, seperti yang dilakukan Malaysia. Maftuh menjelaskan, akan memfokuskan kepada peningkatan pelayanan. Terlebih lagi, saat ini jemaah haji asal Indonesia sudah di atas kuota OKI. Organisasi ini menetapkan kuota setiap negara adalah seperseribu warga Islam di negaranya. Tahun ini Indonesia sudah di atas itu yaitu sekitar 211 ribu jemaah. Karena itu ia menegaskan kembali bahwa tahun depan tidak ada penambahan kuota. Dengan jumlah umat Muslim saat diperkirakan 200 juta orang, sesuai kesepakatan OKI, seharusnya kuota haji Indonesia adalah 200 ribu orang. Dalam kesempatan itu, Menag juga mengungkapkan rencana jangka panjangnya. Yaitu, menyewa pemondokan di kota Mekah bagi jemaah Indonesia untuk jangka panjang. Minimal sepuluh tahun ke depan. Beberapa lokasi sudah dijajaki, seperti Jabal Usman dan melakukan negosiasi dengan seorang konglomerat Arab Saudi guna membangunkan gedung. Jemaah Indonesia tergolong banyak. Dan ini memberikan kepastian bahwa mereka akan membayar, katanya. Maftuh mengaku merasa keberatan jika untuk membangun gedung, yang kemudian nanti digunakan jemaah, harus mengeluarkan uang muka (DP). Pasalnya, setiap pengeluaran uang negara harus diketahui anggota DPR dan dapat persetujuan Dewan pula. Sebetulnya, yang diharapkan adalah kemauan untuk menyewa dan pihak pengusaha setempat mau membantu. Jemaah Indonesia yang paling banyak memberi jaminan keuntungan bagi pemilik gedung. Jika saja setiap tahun 100 ribu orang dari jemaah Indonesia bisa ditampung dalam dua atau tiga tahun mendatang, persoalan pemondokan sedikit teratasi, katanya. (*)

Oleh Oleh Edy Supriatna Sjafei
Copyright © ANTARA 2007