Bogor (ANTARA News) - Meski berkompetensi keilmuan di bidang pertanian tropika terbesar di Asia Tenggara, pihak kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) secara khusus menampilkan salah satu kesenian asli Nusantara, yakni Reog Ponorogo. Pagelaran Reog Ponorogo itu ditampilkan dalam sebuah acara Gebyar Nusantara bertajuk "Reog Ponorogo Goes to Campus" di Gedung Graha Widya Wisuda Kampus IPB Darmaga, kata Penasihat Keluarga Mahasiswa Ponorogo Manggolo Putro IPB, DR Ir Sriani Sujiprihati, didampingi Kepala Hubungan Masyarakat (Humas) IPB, drh Agus Lelana SpMP MSi, di Bogor, Rabu. Ia mengemukakan, penampilan Reog Ponorogo oleh Keluarga Mahasiswa Ponorogo di IPB (KMPB), "Manggolo Putro" itu, bukan merupakan reaksi atas isu klaim Malaysia terhadap Reog Ponorogo, yang sempat memanaskan hubungan kedua negeri rumpun Melayu itu. Hubungan Indonesia-Malaysia sempat tegang, ketika muncul klaim Malaysia mengenai kesenian "Barongan", yang ternyata adalah Reog Ponorogo, dan sebelumnya juga dipicu soal klaim lagu "Rasa Sayange", yang selama ini dikenal dari Propinsi Maluku, kemudian dijadikan iklan kepariwisataan di Malaiysa, meski kemudian ada penarikan klaim itu. Tetapi, kata dia, pagelaran yang telah ditampilkan pada awal Desember 2007 itu merupakan salah satu program kerja KMPB "Manggolo Putro" yang sudah dipersiapkan sejak Juli 2007. "Jadi, hanya kebetulan saja momentumnya bertepatan dengan maraknya isu tersebut," kata Sriani, yang juga staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Selain itu, katanya, penampilan Reog Ponorogo "Goes To Campus" itu dalam rangka memperkenalkan dan meningkatkan rasa bangga dan cinta terhadap kesenian daerah. Dalam pagelaran itu, selain sivitas akademika IPB, juga dihadiri rombongan kesenian berjumlah 60 orang terdiri dari para pemain, pembina, yang dipimpin Wakil Rektor III Universitas Muhamadiyah (Unmuh) Ponorogo, Drs H Zainun Shofwan MSI, serta Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo, Gunardi. Sementara itu, Agus Lelana, mengemukakan bahwa apresiasi atas penampilan Reog Ponorogo di Kampus IPB itu cukup tinggi. Para penonton kagum dan terpesona oleh kelincahan pemain dan penabuh gamelan, semuanya mahasiswa Unmuh Ponorogo yang tergabung dalam Paguyuban Seni Reog Mahasiswa "Simo Budi Utomo". Sebagai pembuka pagelaran, para "warok" tampil dengan gagah dan "sangar", menandakan kehebatan dan kewibawaannya. Kemudian disusul oleh "Jathil", menggambarkan pasukan berkuda yang bertugas sebagai pengawal. "Pujangganong" menyusul dengan ciri khas topeng "sangar", mempunyai kelincahan dalam berperang, lucu, dan cekatan. Pujangganong, Patih dari Prabu Klono Sewandono, merupakan Raja Kerajaan Wengker (Ponorogo). Pada eposide terakhir, muncul dua buah "Dhadak Merak", menggambarkan "Singa Barong" yang merupakan saingan Prabu Klono Sewandono dalam memperebutkan Dewi Songgolangit yang cantik jelita, putri dari Kerajaan Kediri untuk dijadikan isteri. Usai pagelaran, ketua rombongan, Wakil Rektor II Unmuh Ponorogo, Zainun Shofwan memberikan kenang-kenangan berupa miniatur Reog Ponorogo. "Kita harapkan, pada masa mendatang, pagelaran kesenian daerah ini secara berkesinambungan bisa ditampilkan di Kampus IPB, sehingga apresiasi atas kebudayaan dan seni-tradisi Nusantara bisa terus berlanjut," kata Agus Lelana. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007