Tolitoli (ANTARA News) - Lebih 100 hektar tanaman padi sawah yang baru ditanam rusak dan terancam puso, menyusul banjir bandang yang melanda enam desa di Kabupaten Tolitoli, Sulawesi Tengah, dalam sepekan terakhir. Sebagian besar areal persawahan itu berada di desa Lampasio, Kecamatan Lampasio, atau sekitar 30-38 kilometer arah Selatan kota Tolitoli. "Khusus di dusun VII desa Bambuan, tercatat ada sekitar 50 hektar sawah yang baru ditanam rusak total akibat banjir," kata Kepala Desa Lampasio, Mohammad Semen, di Lampasio, Rabu. Ia menambahkan, selain di dusun VII, kerusakan lahan persawahan juga terjadi di Dusun I dan Dusun II Bambuan. Di kawasan ini setidaknya terdapat 20 hektar tanaman padi yang baru ditanam terancam mati karena sempat tersapu banjiir hingga setinggi 1,5 meter. "Kalau di dusun Cabang lain lagi. Sebanyak 170 kaleng bibit padi siap disemaikan ditelan banjir," tutur Semen menjelaskan. Semen mengatakan, kerusakan tanaman padi akibat banjir bandang tersebut belum diperhitungkan dengan yang ada di desa tetangga, seperti Salugan, dan Janja (Kecamatan Lampasio), serta desa Buga, Pagaitan, dan Bambalaga di Kecamatan Ogodeide. "Kelima desa bertetangga ini juga dihajar banjir cukup parah, " katanya, dan menambahkan khusus banjir yang melanda desa Lampasio hingga menjangkau radius sembilan kilometer. Menurut keterangan sejumlah warga setempat, banjir sudah mulai merendam desa Lampasio serta lima desa tetanagga lainnya sejak tanggal 19 Desember. Sehari setelah itu, banjir sempat surut namun tidak berlangsung lama sebab genangan air kembali naik akibat hujan deras kembali turun dengan interval waktu cukup lama. Banjir tersebut diakibatkan meluapnya Sungai Lampasio karena tidak mampu lagi menampung debit air menyusul hujan deras selama beberapa hari, sehingga meluber ke kawasan pemukiman penduduk dan lahan pertanian setempat. Namun sejak Selasa siang banjir yang merendam enam desa tersebut mulai surut karena hujan sudah berhenti, dan sebagian warga pada enam desa tersebut mulai membersihkan rumah mereka. Banjir yang melanda Kecamatan Lampasio dan Ogodeide ini merupakan terbesar dalam lima tahun terakhir. Penduduk setempat menduga penyebab banjir besar kali ini, selain karena curah hujan yang sangat tinggi, juga akibat maraknya eksploitasi hutan, baik yang dilakukan oleh masyarakat maupun perusahaan pemegang izin resmi. Tidak ada korban jiwa dan peristiwa ini. Namun ribuan penduduk pada enam desa korban banjir tersebut sempat terperangkap dalam rumah mereka selama hampir sepekan dan mengalami kekurangan pangan akibat akses jalan terputus karena terendam air cukup tinggi, selain rusaknya lahan usaha mereka.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007