Jakarta (ANTARA News) - "Orang sudah bosan lagi, sama bales-balesan SMS atau MMS," ucap Mang Alang pada sahabatnya ketika ditanya kenapa pesan singkatnya melalui telepon seluler tidak mendapat respon. "Aku lebih suka kalau dapat kartu pos, sumpah," kata Mang Alang. Bagi sebagian orang, kebiasaan menyampaikan ucapan selamat Natal ataupun selamat tahun baru lewat kartu pos dinilai lebih bermakna, satun dan berkesan. Tengoklah ucapan eyang Siti bila mendapat kiriman kartu tahun baru dari keponakannya. "Ririn masih ingat aku," ucapnya tersenyum. Mungkin perasaan sayang dan ikatan emosi tercermin lewat goresan pena keponakannya. Tulisan tangan terasa lebih ekspresif meski di atas segalanya, tatap muka, tutur kata dan bahasa tubuh lebih bermakna saat berjumpa. Namun bila kehadiran dan cium tangan tidak memungkinkan, masih terbuka kesempatan mengabadikan momentum ini dengan selembar kartu. Eyang Siti seperti juga Oma-Opa generasi "jadul" (jaman dulu) lainnya yang sempat merasakan nikmatnya menunggu kedatangan Pak Pos mungkin merasakan semacam nostalgia. Ditengah derasnya arus komunikasi yang tercermin lewat mudahnya orang "berjumpa" lewat suara dan gambar, ada semacam kerinduan untuk kembali ke masa lalu. Mungkin benar juga pendapat Mang Alang bahwa ada titik tertentu yang membuat orang jenuh dengan kebiasaan komunal/massal dan ingin "tampil beda". Meski sebenarnya Mang Alang bukanlah pecinta sejati filateli. Bila waktu bisa diputar kembali, sekitar tahun 1996-an saat penggunaan telepon seluler masih jarang, saat sebuah "handphone" dipakai bergantian untuk tiga pewarta, pekerjaan menunggu sms adalah sesuatu yang "meaningful", baik untuk membuat berita atau urusan selainnya. Bagi pewarta muda seperti Vero, Adhe dan Jefri, sms saat itu adalah sesuatu yang ditunggu, bahkan Adhe rela pulang telat demi menunggu barisan kata yang berjajar di layar "hp bersama". Transformasi era digital seolah melibas budaya menulis surat, deretan tulisan tangan yang lebih mencerminan karakter pembacanya, mencerminkan suasana hati si penulis, menjadi berkurang makna ketika tercetak rapi di layar telepon seluler. Tren Menurun Tidak bisa dipungkiri demi alasan kecepatan, kemudahan dan biaya, orang pasti lebih suka ber-sms-ria dibanding berkirim kartu. Kemudahan berkirim pesan lewat text, suara maupun gambar memang berpengaruh besar pada penurunan jumlah benda pos yang beredar. Kita semua dapat merasakan penurunan jumlah surat yang beredar di sekitar kita. Seperti penuturan Kasubdit Pos dan Filateli Jakarta, Zairin Kaizin bahwa jumlah surat yang beredar di dunia menurun tajam. "Jumlah surat yang beredar di dunia menurun tajam dalam satu dekade terakhir," katanya penjelang persiapan penerbitan Sampul Peringatan HUT ke 70 Perum LKBN ANTARA. Bahkan data Kantor Pos Pusat Jakarta menunjukkan bahwa pengiriman kartu Natal terus menurun dalam empat tahun terakhir. "Jumlah pengiriman kartu Natal tahun 2006 sempat turun 34,47 persen. Namun demi mengemban amanat Universal Postal Union (UPU) bahwa berkirim surat adalah hak warga Negara, PT Pos sebagai perpanjangan tangan pemerintah untuk tugas itu, harus terus melakukan sejumlah upaya. Tidak heran meski dalam konsisi merugi --bahkan untuk ongkos operasi lebih dari dua ribu kantor pos terpencilnya yang menerima bantuan pemerintah lewat PSO --, PT Pos terus berbenah diri. Berbagai upaya dari institusi Pos sendiri, komunitas filateli, maupun beberapa perusahaan telah dilakukan untuk mendorong minat masyarakat berkirim kartu ucapan. PT Pos Wilayah IV (meliputi Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi dan Banten) pada bulan November lalu sempat membagikan sekitar 12.000 kartu pos Natal gratis kepada karyawannya. Sebagian kartu itu kembali ke kantor pos Jakarta untuk dikirim ke berbagai tujuan. PT Pos juga membuka layanan surat elektronik, SMS Ratron. Layanan ini memberi kesempatan masyarakat untuk mengirim SMS ucapan selamat ke nomor tertentu berisi nama dan alamat tujuan. Ucapan tersebut akan sampai satu hari kemudian dengan baiya Rp3.000 yang dimbil langsung dari pulsa pengirimnya. Sedangkan komunitas filatelis Indonesia melalui laman www.filatelis.com juga dipandang telah melakukan kegiatan yang menumbuhkan minat masyarakat untuk berkirim surat. Berikut ini alamat web site tentang seluk beluk pos; Majalah Prangko di alamat http://prangko.com, untuk membaca artikel filateli dapat dilihat di http://berifil.com, sedangkan bila ingin tahu istilah filateli dapat dilihat di Kamus Filateli www.filateli.net Selain itu juga terdapat beberapa laman tentang filateli dunia, yang dapat diakses di alamat http://indonesianewsonline.com/stampslink/, dan Comprehensive Philatelic http://filateli.net/, serta Useful Philatelic Links http://philatelic.ws/ Sampul Peringatan HUT ANTARA Sementara Kantor Berita Indonesia, Perum LKBN Antara telah memiliki tradisi yang baik untuk mendorong masyarakat berkirim surat. Bila melihat data beberapa tahun terakhir, ANTARA telah menerbitkan perangko pada HUT-nya yang ke 60, selanjutnya pada tahun 2002 juga menerbitkan perangko beserta Sampul Hari Pertama (SHP). Tahun 2007 ini, pada hari jadinya yang ke-70, meski hanya menerbitkan Sampul Peringatan (SP), --prangkonya hanya prangko prisma--, adalah bukti nyata bahwa ANTARA telah melanjutkan kebiasaan baik mendorong pemeliharaan tradisi tulis. Sampul Peringatan Hari Ulang Tahun ke 70 ANTARA yang diluncurkan 13 Desember lalu, ditandai dengan tandatangan oleh Ketua Mahkamah Konstitusi, Prof. Dr. Jimly Assiddiqie, Direktur Utama ANTARA Dr. Ahmad Mukkhlis Yusuf, Duta Besar Azerbaijan dan Duta Besar Turki untuk Indonesia. Upaya menerbitkan perangko selain membawa misi mulia mencerdaskan kehidupan bangsa juga mencatatkan sejarahnya lewat filateli. Panitia HUT ke-70 Antara juga membagikan Sampul Peringatan berikut "hard cover" sebagai cenderamata delegasi OANA (Organisasi Kantor Berita se-Asia Pasifik) yang berada di Jakarta dalam rangka sidang General Assembly ke 13-nya pertengahan Desember lalu. Akhir kata, mengirim kartu ucapan atau hanya SMS/MMS hanyalah sebuah pilihan belaka. Pilihan yang mencerminkan pribadi anda, namun bila ingin sesuatu yang lebih bermakna dimana idiom teknologi bukan lagi jadi kendala dan hidup adalah keunikan semata tidak ada salahnya mencoba berkirim kartu ucapan, selamat tahun baru.(*)

Oleh Oleh Dyah Sulistyorini
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007