Bojonegoro (ANTARA News) - Genangan air Bengawan Solo yang merendam 117 desa di 14 kecamatan di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), diperkirakan akan surut seminggu lagi karena kondisi air laut pasang dua meter, sehingga memperlambat air ke laut. "Perkiraan itu pun kalau di mana-mana tidak terjadi hujan," ujar Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Ir Pudjo Buntoro , Minggu. Pudjo mengatakan, banjir yang terjadi di Bojonegoro tergolong luar biasa. "Sekarang ini ketinggian air di Bojonegoro pada papan duga 16,22 meter pada 03.00 WIB, besar debetnya mencapai 4.451,51 meter kubik per detik, sedangkan banjir besar yang pernah terjadi dan terbesar mencapai 2.800 meter kubik per detik pada 1993," katanya. Menurut Pudjo, genangan air Bengawan Solo di Bojonegoro memang mulai turun terutama di Karangnongko Selatan, 80 Km dari Bojonegoro ke arah hulu, air yang semula pada pukul 03.00 WIB mencapai 31,16 meter turun menjadi 30,43 pada pukul 14.00 WIB. Sedangkan di Kota Bojonegoro, ketinggian air yang semula 16,22 meter turun menjadi 16,19 meter. Menurut dia, penurunan air Bengawan Solo tergolong lambat karena Sabtu malam (29/12), di Sragen telah terjadi hujan lebat sehingga menambah debet air Bengawan Solo. Disisi lain, air di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, sejak Jumat dikeluarkan karena ketinggiannya 137,00 meter, melampaui batas toleransi 134,00 meter karena kalau tidak dikeluarkan pintu waduk akan bergetar. "Dengan dikeluarkannya air waduk dari Gajah Mungkur ditambah hujan di Sragen dan naiknya air laut mengakibatkan penurunan air di Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik berjalan lambat," katanya. Sekarang ini banjir Bengawan Solo tetap mengalir secara grafitasi lewat sudetan Sedayu Lawas di Lamongan ke Laut Jawa, yang lewat melalui bendungan gerak di Babat, Lamongan dan Sembayat Gresik, sebelum mengalir ke laut. Pudjo mengatakan air Bengawan Solo bisa normal mengalir ke laut kalau ketinggian air banjir di Babat empat meter, sekarang ini ketinggian air di Babat mencapai delapan meter. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007