Kudus (ANTARA News) - Munculnya banjir susulan di Kecamatan Undaan pada Senin siang (31/12) akibat meningkatnya debit air Sungai Serang, memaksa ratusan warga Kecamatan Undaan mengungsi lagi. "Sebetulnya tanggul di dua lokasi yakni di Desa Undaan Kidul dan Sambung sudah dilakukan perbaikan," kata warga Undaan Kidul, Kardi (35), di Kudus, Selasa. Hanya saja, ketinggian tanggul di Desa Sambung baru mencapai tiga meter. "Masih kurang sekitar 6-7 meter lagi," katanya. Menurut dia, meningkatnya debit air sungai Serang yang mengarah ke Sungai Wulan terjadi sejak Senin siang (31/12), sekitar pukul 13.00 WIB. Akibatnya, tanggul di Desa Sambung yang baru diperbaiki setinggi tiga meter rusak lagi sehingga air kembali masuk ke perkampungan. Padahal, sejak Minggu (30/12) lalu, sejumlah pengungsi sudah berani kembali pulang ke rumah masing-masing, mengingat kondisi Jalan Raya Kudus-Purwodadi dari kilometer pertama hingga kilometer 13 sudah mulai kering. "Angkutan umum juga ada yang berani beroperasi kembali, meski masih ada ketersendatan lalu lintas mengingat masih ada perbaikan tanggul," katanya. Tercatat jumlah pengungsi pada Senin kemarin yang tetap bertahan di tempat pengungsian berkisar antara 10 ribu hingga 11 ribu orang. "Kini jumlah pengungsinya meningkat menjadi 12.076 orang," kata Kepala Kantor Kesbanglinmas Kudus, Ali Rifa`i. Menurut dia, sejumlah Desa di Kecamatan Undaan yang terkena banjir lagi, yakni Desa Undaan Kidul, Undaan Tengah, Medini, Karang Rowo, dan Sambung. Banjir susulan tidak hanya terjadi di Kecamatan Undaan, tetapi juga di Kecamatan Mejobo. Menurut Camat Mejobo, Sugiarto, daerah permukiman yang mengalami banjir susulan, yakni Desa Payaman, dengan jumlah warga yang mengungsi sebanyak 384 orang. Sedangkan daerah pertanian, yakni Desa Gulangtepus, Payaman, Kirig, Temulus, Kesambi, dan Jojo. "Luas arealnya sekitar 1.600 hektare," katanya. Penyebab kedua Kecamatan tersebut dilanda banjir yakni meningkatnya debit air Sungai Serang. "Saat ini debit air di Sungai Serang yang sebagian mengarah ke Sungai Wulan dan Juwana mencapai 865 meter kubik per detik," kata staf Pengairan Kudus Kota pada DPU, Bambang. Ditambahkannya, debit air yang begitu besar tersebut tentu mudah meluap dan merusak tanggul di Desa Sambung yang belum sepenuhnya diperbaiki. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008