Yogyakarta (ANTARA News) - Stok pupuk urea bersubsidi nasional dipastikan aman untuk memenuhi kebutuhan bagi pertanian, kata Direktur Pemasaran PT Pupuk Sriwijaya (Pusri), Bowo Kuntohadi, di Yogyakarta, Kamis malam. Kepada wartawan di Yogyakarta, ia mengatakan ketersediaan pupuk sebagai suatu hal penting guna mendukung program ketahanan pangan nasional, sehingga PT Pusri sebagai "holding" industri pupuk nasional memiliki stok yang berlimpah untuk memenuhi kebutuhan petani di seluruh Indonesia. Selain itu, Pusri sudah membuat prosedur dan pola distribusi yang sangat ketat agar tidak terjadi penyelewengan dalam distribusi pupuk bersubsidi ini. Kata dia, bahkan perusahaannya menjalin kerjasama dengan pengurus pusat Kontak Tani Nasional Andalan (KTNA) maupun KTNA di tiap provinsi di Indonesia. "Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk membantu pengawasan distribusi pupuk bersubsidi, sehingga tidak terjadi penyelewengan dan bisa langsung diterima petani di seluruh Indonesia," katanya. Didampingi Ketua KTNA Winarno Tohir dan manajemen PT Pusri, ia mengatakan setiap awal musim tanam selalu tersiar kabar terjadi kelangkaan pupuk di tanah air dan harga pupuk di atas harga eceran teringgi (HET) sehingga merugikan serta meresahkan petani, sekaligus mengganggu kinerja PT Pusri. "Karena itu, petani perlu memperoleh informasi yang benar guna mencegah munculnya isu kelangkaan pupuk dan harga di atas HET," katanya. Ia mengatakan prognosa penyaluran pupuk urea bersubsidi nasional PT Pusri tahun 2007 meliputi stok awal 779.160 ton, dan produksi mencapai 6.000.286 ton, sehingga tersedia pupuk sebanyak 6.779.449 ton. Dari jumlah stok pupuk tersebut disalurkan untuk sektor pertanian 4.189.270 ton, industri 598.547 ton, perkebunan 592.609 ton dan ekspor 735.469 ton. Dengan demikian stok akhir 663.551 ton, padahal ketentuan stok menteri pertanian hanya 292.400 ton. Sementara itu, realisasi penyerapan urea bersubsidi nasional pada 2006 mencapai 3.962.404 ton, dan meningkat pada 2007 menjadi 4.189.270 ton. "Jadi, kebutuhan pupuk urea bersubsidi masih aman dan tidak terjadi kelangkaan, dan yang terjadi hanya keterlembatan distribusi," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008