Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, kelangkaan BBM bersubsidi dikarenakan disparitas harga dengan nonsubsidi yang cukup besar sekarang ini. Dirut Pertamina Ari Soemarno di Jakarta, Jumat, mengatakan saat harga minyak dunia tinggi sekarang ini, selisih harga antara BBM bersubsidi dan nonsubsidi seperti minyak tanah mencapai Rp6.000 per liter dan solar Rp4.000 per liter. "Sekarang ini, berapapun BBM yang kita tambah ke masyarakat pasti habis. Masalah disparitas harga ini sudah sangat mengkhawatirkan," katanya. Menurut dia, Pertamina sama sekali tidak pernah mengurangi pasokan BBM dan stok juga dalam kondisi cukup aman. Ari mengatakan, memang ada masalah distribusi BBM karena cuaca buruk dan banjir. "Namun, masyarakat sepertinya ambil BBM sebanyak-banyaknya, bukan buat kepentingan sendiri, tapi kemungkinan dijual lagi," katanya. Akibatnya, daerah yang belum terkena program konversi dan biasanya tidak pernah mengalami kelangkaan, juga terjadi kelangkaan minyak tanah. Ia juga mengatakan, meski pengawasan dilakukan lebih ketat, selama disparitas harga masih besar, maka orang tetap akan tergoda menarik keuntungan. Di tempat terpisah, Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso mengatakan, pihaknya meminta Pertamina dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) mengatasi kelangkaan BBM bersubsidi. Sesuai aturan, lanjutnya, pendistribusian BBM berada dalam kewenangan Pertamina dan pengawasan di bawah BPH Migas. "Sedang, kami bertugas membuat kebijakannya," katanya. Menurut Luluk, kelangkaan BBM khususnya minyak tanah hanya situasional saja, karena ada gangguan operasional seperti cuaca buruk dan banjir dan mekanisme penarikan minyak tanah di wilayah konversi.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008