Jakarta (ANTARA News) - Deputi Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN) Bidang Perbankan dan Jasa Keuangan, Parikesit Soeprapto, mengatakan bahwa permintaan Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian untuk menjadi Persero hanya tinggal menunggu proses hukum saja, yang akan memberikan manfaat usahanya sangat besar. Dengan menjadi persero, maka pasar Pegadaian akan lebih besar, karena itu rencana ke arah privatisasi sangat didukungnya, ujarnya usai Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pegawai Pegadaian bertema "Dengan Diversifikasi Bisnis Kita Perkokoh Fundamental Usaha Demi Pertumbuhan Berkelanjutan" di Jakarta, Senin. Ia mengatakan, karena masih dalam proses, maka penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) yang akan dilakukan masih bisa ditentukan. "Kami harapkan proses hukum itu bisa segera dikeluarkan, sehingga IPO yang akan dilakukan dapat ditentukan waktunya," katanya. Pegadaian, menurut dia, merupakan BUMN yang di bawah Departemen Keuangan (Depkeu) layak untuk bisa menjadi persero, karena itu wewenangnya ada di Depkeu bukan di Kementerian BUMN. "Saat ini aturan mainnya belum ada," ujarnya. Ada orang yang bingung di mana induknya, dan regulatornya siapa, karena usaha Pegadaian juga bukan dalam bentuk penjaminan, jadi masih rancu dan belum ada kepastian, katanya. Ia mengatakan, Undang-Undang (UU) Pegadaian saat ini sedang dibahas yang dikaitkan dengan Undang-undang Swasta, dan pasti swasta sudah melaksanakan usaha gadai meski belum besar. Sementara itu, Direktur Utama Perum Pegadaian, Deddy Kusdedy, mengatakan bahwa belum berani menargetkan IP0 itu kapan dilaksanakan, meski Kementerian BUMN sudah mengisyaratkan untuk privatisasi. "Yang penting, Pegadaian siap melaksanakan IPO kapan saja," ujarnya. Menurut dia, ada tiga faktor keuntungan bagi Pegadaian apabila jadi persero, antara lain mempunyai daya saing yang tinggi karena mempunyai modal yang besar, bisa membuat anak perusahaan, dan tidak mempunyai ketergantungan modal dari luar. Sedangkan, menurut dia, kelemahan Pegadaian saat ini adalah ketergantungan permodalan dari luar, sehingga dengan IPO tersebut akan membuat Pegadaian di masa depan bisa berkembang lebih pesat. "Kalau ingin bertahan hidup, maka harus mampu melakukan berbagai usaha sehingga dapat bersaing," ujarnya. Ia mengatakan, untuk menggarap sektor Usaha Kecil-Menengah (UKM) yang besar itu, Pegadaian akan fokus ke Indonesia bagian timur, karena dari jumlah UKM itu baru terserap sekitar 40 persen. Oleh karena itu, Pegadaian pada 2008 menargetkan pertumbuhan kredit sebesar Rp26 triliun naik dibanding tahun lalu yang mencapai Rp21 triliun atau tumbuh minimal 15 persen. Dengan pertumbuhan kredit sebesar itu, ia menilai, maka pendapatan usaha bisa meningkat mencapai Rp2,6 triliun naik dari tahun sebelumnya Rp2,24 triliun. Selain itu, lanjut dia, Pegadaian juga menargetkan laba perusahaan mencapai Rp716 miliar atau naik dibanding tahun lalu sekira Rp610 miliar dengan aset senilai Rp8,83 triliun. Deddy mengatakan, target Pegadaian Syariah 2008 dapat menyalurkan kredit sebesar Rp700 miliar dengan sebagian dana diperoleh dari Bank Syariah Mandiri (BSM) yang siap memberikan dukungan sebesar Rp200 miliar. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008