Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah tahun ini akan melakukan penataan ulang terhadap Bengawan Solo, sungai besar yang beberapa waktu lalu meluap dan menimbulkan banjir di sejumlah daerah baik di Jawa Timur maupun Jawa Tengah. Penataan ulang itu dilakukan untuk mengembalikan Bengawan Solo kepada fungsinya semula yakni pengairan untuk lahan pertanian, demikian Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Dirjen Cipta Karya Departemen PU, Anthonius Budiono. "Penataan ulang itu untuk mengembalikan Bengawan Solo kepada fungsi semula," katanya di Surabaya, Rabu, usai berbicara dalam Simposium Internasional Penanganan Rekonstruksi Pasca Bencana dan Banjir di Rektorat ITS Surabaya. Di hadapan para pakar bencana dari Belanda, Inggris, Singapura, Srilanka, Jerman, Cina, Belgia, dan Indonesia yang hadir dalam simposium itu, ia memberitahukan jika pemerintah sudah menata ulang Sungai Ciliwung sejak 2002. Penataan terhadap Bengawan Solo akan dimulai dengan merelokasi warga yang tinggal di bantaran sungai terpanjang di Jawa itu ke tempat yang layak dan aman dari banjir. Relokasi warga di bantaran Bengawan Solo itu dilakukan mulai dari hulu di Jawa Tengah hingga ke hilir di Jawa Timur dengan melibatkan pemerintah pusat, provinsi, hingga kabupaten atau kota. "Pemerintah pusat akan menyiapkan Rusunawa (rumah susun sewa), sedangkan pemerintah provinsi dan pemerintah daerah akan menyiapkan lokasi dan melakukan pendekatan kepada masyarakat. Dana-nya sharing," katanya menegaskan. Selain itu, penataan ulang juga akan dilakukan dengan perbaikan dan perkuatan tanggul yang rusak serta melakukan pengerukan sedimentasi. "Dengan berbagai upaya itu, Bengawan Solo diharapkan akan kembali kepada fungsi semula sebagai sumber pengairan untuk pertanian, sumber air baku, sumber tenaga listrik, dan fungsi sosial," katanya. Akibat banjir besar sejak 26 Desember 2007 hingga awal Januari 2008, Balai Besar Bengawan Solo menanggung kerugian paling sedikit Rp85 miliar, akibat hancurnya puluhan tanggul dan pintu air di sepanjang DAS (daerah aliran sungai) Bengawan Solo dari hulu hingga hilir. Secara terpisah, Rektor ITS Surabaya, Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD mengatakan, ITS sudah mengirimkan dua tim ke lokasi banjir di DAS Bengawan Solo di Jatim (Bojonegoro, Tuban, Lamongan, dan Gresik). "Tim ITS terdiri atas tim tanggap darurat dan tim mitigasi. Tim tanggap darurat memberikan bantuan kemanusiaan mulai sembako, kesehatan, dan sejenisnya, sedangkan tim mitigasi melakukan upaya teknis untuk mengantisipasi agar bencana tak terjadi lagi," katanya. Hasilnya, lanjut dia, tim mitigasi ITS menemukan kapasitas Bengawan Solo sudah tidak mampu menampung air yang ada, akibat banyaknya hutan yang "gundul" dan adanya pendangkalan di DAS Bengawan Solo. "Hasil kajian DAS Bengawan Solo itu akan kami rekomendasikan kepada pemerintah, khususnya Departemen PU, guna melakukan sejumlah perbaikan tanggul dan pengerukan sedimentasi (pendangkalan) di wilayah-wilayah tertentu," katanya menambahkan. Pembicara simposium internasional antara lain Dr Ir Emilia van Egmond (TU Eindhoven-The Netherlands), Dr Francis Edum Fotwe (University of Loughborough-UK), Prof Dr George Ofori (National University of Singapore), dan Prof Ananda Jayawardhane (University of Moratuwa-Srilanka). Selain itu, Prof Dr Jouke M. Post (TU Eindhoven-The Netherlands), Prof Dr Sc Techn. Christian Brockmann (Hochscule Bremen-Germany), Prof Mohan Kumaraswamy (University of Hong Kong-China), Prof Stephen O. Ogunlana (Asian Institute of Technology), dan Prof Johan Silas (ITS- Indonesia).(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008