Yerusalem (ANTARA News) - Presiden Amerika Serikat (AS), George W. Bush, hari Kamis (10/1) mendesak Pemerintah Israel mengakhiri pendudukan 40 tahun atas wilayah-wilayah Palestina, dan menyerukan kepada kedua pihak membuat serangkaian pilihan sulit untuk mencapai satu perjanjian perdamaian. "Pendudukan yang dimulai pada 1967 harus diakhiri," kata Bush kepada wartawan di Yerusalem, setelah berunding dengan para pemimpin Israel dan Palestina dalam kunjungan bersejarah ke kawasan itu. "Kinilah saatnya untuk membuat pilihan-pilihan sulit," kata Bush. "Perjanjian harus menetapkan sebuah negara Palestina sebagai tanah-air bagi rakyat Palestina serta negara Israel sebagai tanah-air bagi bangsa Yahudi," tambah pemimpin AS itu. Bush, yang akan pergi ke sejumlah negara Arab sekutunya setelah meninggalkan Israel pada Jumat, mendesak negara-negara Arab mengulurkan tangan kepada negara Yahudi yang terbentuk hampir 60 tahun lalu itu. "Saya menyeru negara-negara Arab mengulurkan tangan kepada Israel, sebuah langkah yang telah lama ditunggu-tunggu," katanya. Ia menegaskan lagi bahwa sebuah perjanjian yang menetapkan negara Palestina bisa dicapai dalam waktu satu tahun ini. "Pembentukan negara Palestina telah lama ditunggu-tunggu. Rakyat Palestina berhak mendapatkannya, dan hal itu akan meningkatkan stabilitas kawasan dan menambah keamanan rakyat Israel. Sebuah perjanjian perdamaian harus dicapai dan bisa dicapai sebelum akhir tahun ini," kata Bush. "Keamanan merupakan hal mendasar. Tidak ada perjanjian dan tidak ada negara Palestina akan melahirkan teror. Saya menegaskan lagi komitmen kuat Amerika bagi keamanan Israel," ujarnya. Bush juga mengatakan, setiap perjanjian akhir harus memodifikasi apa yang disebut Jalur Hijau, perbatasan Israel sebelum perang enam hari 1967 dimana negara Yahudi itu merebut Tepi Barat dan Yerusalem timur dari Yordania, Gaza serta Sinai dari Mesir, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah. "Sementara wilayah merupakan masalah yang harus diputuskan kedua pihak, saya yakin bahwa perjanjian perdamaian antara mereka akan membutuhkan penyesuaian-penyesuaian yang saling disepakati pada garis gencatan senjata 1949 yang mencerminkan realita saat ini dan untuk memastikan bahwa negara Palestina bisa bertahan dan berdampingan," katanya menambahkan, seperti dilaporkan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008