Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah cq Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mempersiapkan enam klaster percontohan industri perikanan terpadu pada tahun ini. "Pengembangan industri perikanan terpadu dalam bentuk klaster terdiri dari penangkapan, pengolahan, pemasaran," kata Dirjen Pemasaran dan Pengolahan Hasil Perikanan (P2HP) DKP, Martani Huseini, di Jakarta, Jumat. Menurut dia, budidaya perikanan termasuk dalam klaster yang akan dibangun, karena hasil perikanan tidak hanya berasal dari perikanan tangkap saja. Ia mengatakan, pada 2007 ada dua klaster yang telah dikembangkan sebagai percontohan yaitu industri rumput laut dan ikan patin di Jambi. Sedangkan klaster lainnya yang akan dikembangkan antara lain tuna, udang, dan ikan hias. Ikan hias, lanjut dia, akan dikembangkan lagi jenisnya melalui penyilangan. Selain itu, dia membenarkan, bahwa konsep klaster yang dikembangkan di sektor perikanan tersebut sama dengan sistem yang dikembangkan Departemen Perindustrian. Sesuai dengan sistem yang dikembangkan Depperin tersebut, satu wilayah tertentu dibangun industri-industri yang berkonsentrasi mengembangan produk dari satu jenis bahan baku. Sementara itu, menurut Kepala Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) DKP, Saut P Hutagalung, pada 2008 DKP berupaya mengembangkan industri maupun produksi perikanannya. Ia mengatakan, pada tahun ini DKP juga akan meningkatkan mutu dan nilai tambah produksi perikanan serta mengembangkan pemasarannya. "Pada 2007 produk olahan perikanan meningkat 20 persen. Hal tersebut memberi nilai tambah pada produk olahan, sehingga akan terus dikembangkan tahun berikutnya," ujar dia. Secara keseluruhan target ekspor sektor perikanan tahun 2008 ini, menurut dia, mencapai Rp2,4 triliun. Angka tersebut diakuinya tidak begitu besar, atau hanya terpaut Rp0,1 triliun dari 2007 lalu. Namun, Saut mengatakan, target yang ditetapkan DKP tersebut termasuk realistis mengingat dunia saat ini semakin memperketat mutu produk perikanan. Lebih jauh ia mengatakan produksi perikanan tangkap sulit diprediksi terkait iklim di tanah air yang tidak dapat ditebak. Selain itu gejolak harga bahan bakar minyak (BBM) juga mempengaruhi hasil perikanan tangkap. Kondisi itu, diakuinya akan mempengaruhi kinerja ekspor perikanan nasional. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008