Washington (ANTARA News) - Seorang hakim AS telah memerintahkan Libia dan enam pejabat intelijennya membayar miliaran dolar ganti rugi pada keluarga Amerika yang tewas dalam pemboman koper 1989 di sebuah pesawat terbang Perancis di atas Niger. Hakim pengadilan distrik AS, Henry Kennedy menetapkan lebih dari enam miliar dolar untuk ganti rugi tujuh korban AS, 44 anggota keluarga dekat dan perusahaan AS yang memiliki jet DC-10 itu, dokumen pengadilan memperlihatkan. "Penggugat di sini tidak bisa dipungkiri melalui kesaksian mereka bahwa mereka telah menderita kerugian ekonomi dan juga perasaan sakit sekali serta menderita penderitaan batin selama 18 tahun sejak Libia secara sengaja dan jahat membunuh para penumpang yang naik penerbangan 772 UTA," Kennedy menulis dalam memorandum yang merinci pemberian itu. Mendasarkan keputusannya pada undang-undang ganti rugi AS, Kennedy memerintahkan Libia untuk membayar lebih dari 550 juta dolar masing-masing pada keluarga AS itu. Ia juga memerintahkan keenam pejabat intelijen Libia untuk membayar seluruhnya tiga kali jumlahnya pada keluarga itu. Tiap anggota keluarga juga akan diberi 20-104 juta dolar bergantung pada hubungan mereka dengan korban, keadaan tempat tinggal dan undang-undang setempat. Perusahaan yang memiliki pesawat terbang yang jatuh, Interlease, akan menerima 120 juta dolar. Di Paris, pemimpin kelompok keluarga korban Guillaume Denoix de Saint Marc mengatakan keputusan itu menekankan apa yang ia katakan peran mengorganisasikan serangan dari pemerintah Libia. Ia juga membuktikan bahwa keputusan itu menyoroti perlindungan ganti rugi yang lebih baik atas warga AS ketimbang yang bukan-Amerika. Namun untuk sekarang ini, gantirugi itu hanya simbolis. Libia memiliki hingga 25 Februari untuk memutuskan apakah akan naik banding terhadap perintah pengadilan itu, atau tidak, menurut firma hukum yang mewakili penggugat. Banding dapat merentang selama bertahun-tahun, dan hakim itu tidak dapat memaksa Libia untuk membayar. Ketika ditanya apakah AS akan mendesak Libia untuk membayar ganti rugi itu, jurubicara deplu Sean McCormack tidak mau mengomentari mengenai keputusan hakim tersebut. "Saya tidak menyadarinya dan saya tidak dapat membicarakan hal itu," kata McCormack. "Itu bagian terpisah dari pemerintah," kata McCormack, seperti dilaporkan AFP. Namun "kami telah mendorong pemerintah Libia pada umumnya untuk memecahkan klaim yang ada dengan keluarga serangan teror, apakah itu Pan Am 103, pemboman disko Labelle atau penerbangan UTA. Saya tahu bahwa mereka telah bekerja dengan berbagai...wakil untuk memecahkan klaim itu. Mereka belum melakukanya. Kami terus akan mendorong mereka untuk melakukannya," katanya. Penerbangan 772 UTA sedang terbang dari Paris ke Chad pada 19 September 1989 ketika sebuah bom koper meledak di ruang kargo pada ketinggian 35.000 kaki. Pesawat itu jatuh di Niger timurlaut tiga menit kemudian, menewaskan semuanya 170 penumpang dan awak yang naik pesawat itu. Pemboman itu terjadi hanya sembilan bulan setelah pemboman koper yang sama atas Penerbangan 103 Pan Am di atas Lockerbie, Skotlandia, yang menewaskan 270 orang. Libia tidak mengaku bertanggungjawab atas jatuhnya pesawat itu, yang mana warga dari 16 negara tewas, termasuk 54 warga Perancis, 48 Kongo, 25 Chad, dan empat warga Inggris. Namun pada Januari 2004, Libia menandatangani perjanjian di Paris untuk memberikan 170 juta dolar sebagai ganti rugi atas pemboman sebuah pesawat Perancis di atas Sahara 1989. Pada April 2007, Kennedy memutuskan bahwa Libia secara langsung bertanggungjawab atas serangan itu, berdasarkan informasi yang diberikan oleh deplu AS dan bukti luas dari satu kasus kejahatan Perancis. (*)

Copyright © ANTARA 2008