Jakarta (ANTARA News) - Belakangan ini semakin banyak tokoh yang menjenguk mantan Presiden Soeharto, yang sedang sakit parah di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta, terutama para pejabat di era Orde Baru. Sejak hari pertama hingga ke-13 masa perawatannya, Pak Harto sudah dikunjungi setidaknya oleh beberapa mantan menteri, antara lain Mensesneg Moerdiono, Menteri Kehakiman Ismail Saleh, Panglima ABRI Jenderal (Purn) Wiranto, Menteri Tenaga Kerja Sudomo serta mantan Wakil Presiden Try Sutrisno. Kehadiran tokoh-tokoh di era Orde Baru sepertinya memberi warna tersendiri untuk pemberitaan media cetak dan elektronik, di tengah ketidakpastian kabar tentang kondisi kegawatan sakitnya Pak Harto. Pasalnya, wartawan dan juga masyarakat seperti kembali disuguhkan tayangan nostalgia tentang karakteristik masing-masing tokoh Orde Baru itu. Namun, tidak demikian halnya dengan Menteri Kehutanan era Orde Baru, Hasrul Harahap. Ketika ditanya apakah dia akan menjenguk Pak Harto, dia berujar, "Saya tidak ikut menjenguk seperti kawan-kawan lain, tetapi saya pasti mendoakan dari jauh," ujar Hasrul Harahap di sela-sela acara peresmian sekolah Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi (CWE) di Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jabar, Rabu. Kemudian Hasrul cepat-cepat menambahkan, "Tetapi saya tetap Orba dan dari dulu saya Orba". Ucapan pria beralis tebal yang kini sudah mulai dipenuhi uban di rambutnya itu langsung membuat penasaran wartawan yang sedang mengerumuninya. "Iya maksudnya dari dulu saya "Orang Batak" alias Orba," katanya, disambut tawa wartawan. Ketika ditanya tentang kehadirannya pada peresmian sekolah Politeknik Kelapa Sawit, Hasrul menjelaskan meski sudah tidak jadi menteri, tetapi aktivitasnya memang tidak jauh dari tanaman. "Saya ingin perkebunan kelapa sawit kita tidak terlanjur dikuasai oleh negara-negara tetangga kita. Masak semuanya mau diambil. Karena itu, saya dan teman-teman mendirikan politeknik ini sebagai bagian dari Corporate Social Responsibilty (CSR) yang sepatutnya diikuti oleh industri-industri lain di Tanah Air," ujar Ketua Yayasan CWE itu, mengakhiri percakapannya. (*)

Copyright © ANTARA 2008