Palu (ANTARA News) - Para petani di sentra-sentra perkebunan kakao di Wilayah Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, bergembira karena sejak awal bulan ini harga kakao naik mencapai Rp18.500 per kg. Arnold (35), salah seorang petani kakao yang mempunyai kebun di Kecamatan Kulawi Kabupaten Donggala yang ditemui, Kamis, mengatakan, harga kakao merangkak naik dari Rp12.000 per kg sampai Rp18.500 per kg. Ia mengakui sebelumnya sempat pesimis melihat harga kakao yang tidak kunjung naik, apalagi mulai akhir Januari sampai Maret ini diperkirakan musim panen besar, sebab biasanya jika musim panen tiba harga kakao turun karena over produksi. Namun kenyataan yang terjadi harga kakao malah meningkat cukup tajam, ujar Arnold yang didampingi beberapa petani kakao lainnya. Disamping harga kakao meningkat, hasil panen kali ini juga mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun lalu, meningkatnya buah kakao ini kemungkinan karena musim kemarau tidak terlalu kering. Sementara itu Pimpinan UD. Jaya Tani, Beni, pedagang pengumpul di Kota Palu, membenarkan sejak awal Januari hingga sekarang harga kakao terus mengalami peningkatan, padahal panen besar nanti bulan Pebruari hingga Maret mendatang. Diperkirakan hingga awal Pebruari mendatang harga masih tetap tinggi. "Kalau tahun lalu panen raya sudah dimulai sejak April. Namun tahun ini, petani kakao baru mulai panen besar pada awal awal Pebruari hingga Maret," katanya. Hingga saat ini harga kakao kering tanpa fermentasi berada pada kisaran Rp17.500-18.000 per kg, sedangkan kakao basah di hargai pedagang pengumpul Rp8.500-12.000 per kg. Saat ini, ia mengaku bisa mengumpulkan kakao sebanyak enam sampai tujuh ton setiap harinya, kakao yang masuk di gudangnya kebanyakan dari petani di daerah Dataran Kulawi, Palolo dan di kecamatan Maravola, Kabupaten Donggala. Beni memperkirakan, dalam beberapa bulan kedepan, pasokan kakao dari desa-desa sentra produksi masih tetap banyak, karena pohon kakao tidak berhenti berbuah walaupun kuantitasnya sedikit menurun. "Mudah-mudahan saja harga kakao tetap bertahan seperti ini, dan perekonomian diwilayah sentra produksi stabil karena perputaran uang yang tidak sedikit akibat harga kakao naik," ujarnya.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008