Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Indonesia memastikan akan memisahkan (spin off) Citylink pada tahun ini, sementara itu anak usaha di luar bisnis juga dikaji akan dilepas, seperti perhotelan. "'Spin off' CityLink pasti tahun ini. Saat ini sedang koordinasi dengan pemegang saham," kata Direktur Utama (Dirut) Garuda, Emirsyah Satar, kepada pers usai Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi V DPR di Jakarta, Senin. Pelepasan anak usaha tersebut, lanjut Emirsyah, adalah bagian dari strategi perseroan pada tahun ini, selain menyelesaikan restrukturisasi utang pada kuartal kedua tahun ini. Rencana pemisahan CityLink Garuda dari induk perusahaan, sebenarnya sudah direncanakan beberapa tahun lalu, tetapi tanpa alasan yang jelas, hal itu tak bisa dilakukan. Sementara itu, ia mengemukakan, untuk memperkuat armada akan melakukan proses pengambilalihan pesawat-pesawat yang saat ini dalam status sewa (leasing). Dia menuturkan, saat ini Garuda mempunyai kontrak sewa dengan perusahaan Boeing untuk 50 unit pesawat 737-800 yang baru akan diterima pada 2009 dan sebanyak 10 unit seri 777-300ER yang akan diterima pada 2010. Sedangkan, dengan perusahaan Airbus, Garuda memiliki tiga kontrak yang saat ini sedang dimintakan waktu pengambilalihannya. "Saat ini Garuda memiliki 48 pesawat. 20 unit sudah milik Garuda dan 28 unit masih status sewa," jelas dia. Untuk tahun ini, kata Emirsyah, dalam rangka memperkuat rute domestik dan regional, Garuda sedikitnya akan menambah tujuh B-737 seri 400. "Februari diharapkan sudah datang dua pesawat," katanya. Tidak hanya itu, Direktur Niaga Garuda, Agus Priyanto, mengemukakan bahwa pihaknya juga masih akan merealisasikan rencana pengadaan pesawat khusus untuk kargo. "Sebenarnya akhir tahun lalu, harusnya sudah ada satu pesawat, tetapi karena sulit, pencarian akan tetap dilanjutkan tahun ini," kata Agus. Sementara itu dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM), kata Emirsyah, Garuda akan meningkatkan gaji para pilot dan teknisi termasuk teknisi Teknologi Informasi (TI). Rencana remunerasi berdasarkan standar pasar dan kinerja tersebut direncanakan mulai berlaku pada Februari 2008 untuk mengantisipasi kekurangan tenaga karena banyak "dibajak" oleh negara-negara Timur Tengah. "Pada 2008, sebanyak 50 pilot baru direkrut. 20 dididik di STPI Curug dan sisanya di Malaysia dan Adelaide, Australia," katanya. Selain itu, dengan kompensasi yang sesuai standar pasar tersebut, Garuda akan mengundang pilot-pilot dari maskapai lain masuk Garuda. Saat ditanya berapa standar gaji pilot Garuda sesuai pasar yang dimaksud, Emirsyah enggan merinci. "Nanti sajalah," katanya. Selain itu, Garuda Indonesia juga sedang mengkaji rencana pelepasan sejumlah anak usaha yang dinilai tidak berkontribusi kuat mendukung bisnis inti seperti perhotelan. "Saat ini sedang dalam tahap evaluasi untuk pengkajian. Juga sedang dalam koordinasi dengan pemegang saham," katanya. Menurut dia, meski perhotelan tetap berkontribusi pada kinerja Garuda, tetapi karena bukan bisnis inti, bisa dilepas kepada siapa saja. "Akan lebih produktif bila uang yang didapatkan Garuda digunakan membeli pesawat baru," kata dia, Dia menilai perhotelan yang dikelola berbeda dengan anak perusahaan lainnya yang memberi nilai tambah langsung, misalnya bengkel pesawat (Garuda Maintenance Facility/GMF) dan usaha makanan (catering). Berdasarkan situs www.aerowisata.com, Aerowisata International mengelola Hotel Senggigi Beach Hotel di Lombok, Hotel Sanur Beach di Bali, Grand Hotel Preanger di Bandung dan Hotel Widodaren di Surabaya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008