Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mempunyai peluang untuk menurunkan suku bunga acuannya, BI Rate, pada semester kedua dan menjelang akhir tahun ini hingga mencapai 7,5 persen dari sebelumnya 8 persen, dengan memperhatikan tingkat inflasi. "BI Rate tahun ini diperkirakan akan turun dua kali pada semester kedua dan menjelang akhir tahun, setelah bank sentral AS (The Fed) menurunkan bunga Fed fund sebesar 75 basis poin menjadi 3,5 persen," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu. Dikatakannya, penurunan bunga Fed fund yang lebih cepat dari rencana semula membuat pasar saham dunia dan regional menguat, setelah terpuruk akibat dilanda kekhawatiran atas gejolak ekonomi AS. Pertumbuhan ekonomi AS makin melambat, akibat kasus krisis gagal bayar kredit sektor perumahan (subprime mortgage) di AS yang membuat ekonominya makin terpuruk dengan inflasi yang terus meningkat. "Kami memperkirakan The Fed akan kembali menurunkan suku bunganya pada tahun ini untuk mendorong pertumbuhan AS yang cenderung menuju resesi," katanya. The Fed, lanjut dia, akan menurunkan suku bunga dua kali lagi pada tahun ini sehingga berkisar 2,5 hingga 3 persen. Karena itu, peluang BI untuk menurunkan BI Rate akan semakin besar yang akan mendorong bunga kredit bank juga merosot, ucapnya. BI, menurut dia, diperkirakan akan menurunkan suku bunganya pada pada bulan Juni atau Juli sebesar 25 basis poin menjadi 7,75 persen dan pada Desember juga 25 basis poin hingga mencapai 7,5 persen. Penurunan bunga BI Rate itu, diharapkan akan dapat memicu pertumbuhan ekonomi lebih cepat dan memicu debitur aktif mencari dana pinjaman bank, sehingga fungsi intermediasi perbankan berjalan dengan baik, katanya. BI akan menurunkan BI Rate, katanya, apabila inflasi pada tahun ini mencapai kisaran antara 6 sampai 7,5 persen. Tahun ini merupakan tahun tantangan yang cukup berat, namun pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat berjalan sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008